Untuk pertama kalinya sejak pengoperasian MRT Jakarta, kereta komuter ini mengalami ‘mogok’ di tengah jalan lantaran putusnya pasokan listrik pada Minggu, 4 Agustus lalu. Selain telah menyampaikan permohonan maaf kepada pengguna jasa, pihak manajemen PT MRT Jakarta menyampaikan kronologi padam listrik dan proses evakuasi yang dilaksanakan oleh tim Operasi MRT Jakarta di lapangan.
Baca juga: Konstruksi MRT Jakarta Tahan Gempa 8 Skala Ricter, Inilah Panduan Keselamatan Penumpang
Sistem pasokan listrik untuk MRT Jakarta (sebagaimana penjelasan infografis di bawah ini) mengandalkan sistem listrik nasional yang dikelola oleh PLN. Gangguan yang dialami oleh PLN berdampak pada terputusnya pasokan listrik untuk 2 jalur pasokan listrik MRT yang bersumber dari 2 subsistem 150kV PLN yang berbeda, yaitu:
1. Subsistem Gandul – Muara Karang melalui Gardu Induk PLN Pondok Indah dan;
2. Subsistem Cawang-Bekasi melalui Gardu Induk PLN CSW.
Dikarenakan belum tersedianya subsistem ketiga, maka ketika kedua subsistem diatas mengalami failure hal tersebut menyebabkan gangguan pasokan listrik untuk menggerakkan kereta Ratangga MRT Jakarta.
PT MRT Jakarta saat ini menggunakan pasokan listrik dari PLN dengan kontrak Layanan Premium, MRT Jakarta sangat menyesalkan terputusnya pasokan listrik dari PLN dan membutuhkan tindak lanjut PLN untuk meningkatkan kehandalan pasokan listrik dan secara serius mencegah kejadian serupa terjadi kembali. Sebelumnya, PLN telah berkomitmen untuk mendukung kehandalan pasokan listrik ke sistem MRT Jakarta dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas tambahan di Jakarta sebagai subsistem ketiga tersebut.
Sesuai desain awal, MRT Jakarta juga memiliki sistem pembangkit cadangan (Generator Set/Genset) yang hanya memberikan pasokan listrik untuk kebutuhan keselamatan dan
evakuasi di fasilitas stasiun dan di terowongan. Kapasitas back up power MRT Jakarta tersebut sudah cukup dan berfungsi dengan baik pada saat pasokan listrik terputus, oleh karenanya evakuasi dapat dilakukan dengan aman.
Juga Terjadi di Luar Negeri
Desain pasokan listrik MRT Jakarta mengacu pada sistem kelistrikan MRT di berbagai negara lain. Sebagai contoh, hal serupa terjadi di New York Subway pada bulan Juli lalu, dimana pemadaman listrik terjadi selama 5 (lima) jam dikarenakan kendala pasokan listrik dari kota New York dan melumpuhkan sepertiga dari rute New York Subway. Penumpang tertahan di bawah tanah selama 75 menit sebelum akhirnya berhasil dievakuasi.
Sistem operasi kereta MRT Jakarta menggunakan persinyalan CBTC (Communication Based Train Control) yang menganut tingkat standar safety yang tinggi, seperti halnya sistem persinyalan yang digunakan di Delhi Metro dan Beijing Subway Line 15.
Baca juga: Skybridge MRT Jakarta Hubungkan Poins Square dan Halte TransJakarta
Dimana sistem ATO (Automatic Train Operation) mengharuskan kereta melakukan emergency break (pengereman darurat) ketika terjadi power off (terputusnya pasokan listrik). Hal ini bertujuan untuk memitigasi potensi bencana yang kemungkinan terjadi di jalur depan kereta. Oleh karena itu, pengereman darurat dan evakuasi merupakan cara terbaik yang dilakukan untuk menghadapi kejadian ini.