Peninggalan aset sejak jaman Kolonial Belanda memang patut dilestarikan. Karena sudah seharusnya aset sejarah harus di lestarikan agar bisa dikenang hingga kini. Salah satunya aset salah satu sinyal yang sangat legendaris berlokasi di daerah Bondowoso, Jawa Timur ini.
Baca juga: Mengenal Sinyal Aspek Keluar di Stasiun
Jajaran dari Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jawa Timur melakukan perawatan (preservasi) sinyal tebeng tipe krian yang merupakan sinyal masuk Stasiun Tamanan yang berdekatan dengan Stasiun Grujugan. Karena selama 125 tahun beberapa aset di jalur Kalisat – Panarukan masih berdiri termasuk sinyal tebeng krian ini. Dengan cara di preservasi benda tersebut dapat terjaga keasliannya seperti kembali saat digunakan tahun 1897 silam.
Bersama kolaborasi dengan IRPS (Indonesian Railway Praservation Society) kegiatan ini bertujuan untuk edukasi dan sebagai pengingat bahwa dulu daerah itu pernah dilewati kereta api. Seperti diketahui bahwa jalur Kalisat – Panarukan beroperasi pada 1 Oktober 1897 oleh perusahaan perkeretaapian Hindia Belanda Staatsspoorwegen (SS). Saat jalur digunakan, rangkaoan kereta api yang melintas merupakan mayoritas angkutan barang dan ada juga untuk angkutan penumpang.
Baca juga: Peran Penting Sinyal Masuk Kereta Api Saat Memasuki Stasiun
Tak hanya melulu jalur kereta yang terbentang sejauh 70 km antara Kalisat – Panarukan dan 27 km dari Kalisat – Bondowoso, jalur ini juga melewati persilangan dengan jalur lori tebu yang menambah keunikan tersendiri. Pun semua stasiun yang berada di sepanjang jalur ini masih menggunakan persinyalan tipe Krian, kecuali Stasiun Bondowoso dan Situbondo hingga menjelang operasional akhir tahun 2004 silam. Kini persinyalan di jalur Kalisat – Panarukan hanya tersisa 5 buah yang kondisinya masih utuh. (PRAS – Cinta Kereta Api)
 sinyal tebeng tipe krian){kind=link}