Apa yang Anda rasakan saat menyantap makanan dalam pesawat di penerbangan layanan penuh alias full service? Kebanyakan orang menyebut ada sesuatu yang terasa berbeda dari makanan yang biasanya Anda santap kala di daratan, padahal bisa disebut makanan yang Anda santap serupa nama menunya.
Baca juga: Selera Makan Berubah Dalam Penerbangan? Inilah Sebabnya
KabarPenumpang.com merangkum dari menshealth.com.sg (12/6/2017), pangkal musababnya di ketinggian 30 ribu kaki (9,1 km), biasanya selera dan indera penciuman Anda adalah hal yang pertama berubah. Sebab, semakin tinggi pesawat, maka semakin tinggi pula tekanan udara dan kelembaban di kabin akan menurun.
Biasanya kelembaban dalam kabin hanya 20 persen yakni lebih rendah 10 persen dari di rumah Anda. Director of the National University of Singapore’s (NUS) food science and technology programme, Profesor Zhuo Weibiao mengatakan, bau dan selera Anda akan berubah relatif karena tekanan lingkungan dan kelembaban yang berbeda di udara. Tak hanya itu, kebisingan dan guncangan juga sedikit memengaruhi selera makan.
Tahun 2010 lalu, sebuah penelitian dilakukan oleh Institut Fraunhofer Jerman yang ditugaskan oleh maskapai Jerman Lufthansa, menemukan bahwa kombinasi kekeringan dan tekanan rendah bisa mengurangi kepekaan rasa pada makanan manis dan asin sekitar 30 persen. Karena tekanan udara yang turun, memaksa cairan tubuh naik.
Baca juga: Gandeng Merek Restoran Ternama, Dongkrak Popularitas Layanan Penerbangan
Berkurangnya tingkat kelembaban, bisa membuat tenggorokan Anda sedikit kering dan membuat tekanan udara dan sensor bau ke otak dan indera perasa mengalami perbedaan. Ini membuat Anda seperti sedang flu dimana saat merasa dingin, lendir pada hidung akan mengering dan mengurangi bau serta indera perasa.
Selain kelembaban dan tekanan udara, para psikolog juga menemukan hal baru yakni, dimana kebisingan bisa memengaruhi selera makan Anda dalam pesawat. Studi yang dilakukan tahun 2015 pada labratorium Makan dan Minuman Cornell Univesity menunjukkan bahwa persepsi seseorang tentang perubahan rasa dalam kabin pesawat yang memiliki kebisingan lebih dari 85 desibel.
Guncangan pesawat juga bisa menstimulasi saraf telinga tengah dan membuat intensitas rasa manis menurun. Umami, adalah rasa yang sering disebut selera makan kelima untuk cita rasa gurih sehingga menjadi lebih terkonsentrasi.
Saat ini, untuk mengatasi selera makan yang berubah, maskapai penerbangan menemukan solusi-solusi menarik. British Airways, menggunakan soundtrack pada headphone agar sesuai dengan makanan yang disajikan. Sealin itu penambahan bumbu juga diperlukan untuk membuat makanan memiliki rasa dan tidak hambar saat dimakan.
Baca juga: Ada ‘Sesuatu’ di Hidangan Full Service, Antara Fakta dan Sensasi dalam Penerbangan
Sebenarnya, penambahan garam dan gula yang berlebih pada makanan, untuk membuat lidah Anda merasakan nikmatnya makanan bisa membuat makanan menjadi kurang sehat dari nilai gizi. Peneliti merekomendasikan agar katering maskapai menambah bumbu untuk membuat makanan dalam penerbangan lebih enak. Seperti kari, yang cenderung lebih bertahan dengan baik dan memiliki kelembaban lebih banyak dari bumbu lainnya.
Baca juga: Sajikan Hidangan Khas Menu di Pesawat, Air New Zealand Buka Restoran Pop Up
Beberapa koki penerbangan juga tampil dengan menu yang kaya akan umami (penyedap rasa), yang tidak terpengaruh oleh ketinggian. Inilah sebabnya mengapa banyak menu dalam penerbangan menampilkan hidangan dengan jamur, tomat dan kecap berbasis kecap. Makanan dalam penerbangan juga menjadi percobaan sains, dengan perusahaan penerbangan menguji makanan di lingkungan yang meniru kabin pesawat.
Penyedia katering penerbangan, Sats, yang dioperasikan oleh Singapore Airlines, memiliki kabin pesawat simulasi di pusat katering in-flight mereka di Bandara Changi, dimana makanan dimasak dan diuji dalam kondisi tekanan rendah. Banyak piring dalam penerbangan telah dikembangkan oleh perusahaan penerbangan berdasarkan penelitian di fasilitas ini. Rasa anggur diketahui juga terasa berbeda dalam penerbangan.