Sebagai salah satu kota yang kerap kali menjadi destinasi wisata, Malang kini harus menghadapi imbas dari itu semua, yaitu kemacetan. Layaknya Bandung dan kota-kota lain yang sering dijadikan tujuan wisata para pendatang, Pemerintah Kota Malang harus mulai mempertimbangkan sebuah moda transportasi yang dapat mengentaskan kemacetan yang semakin mengular. Selain itu, pengadaan sarana transportasi baru tersebut merupakan salah satu keinginan terbesar masyarakat Malang yang mendambakan kehadiran moda transportasi berbasis massa.
Baca Juga: Permudah Transportasi Urban, Tiongkok Bangun Rel Kereta di Apartemen
Melalui berbagai pertimbangan, akhirnya Pemkot Malang berencana untuk menghadirkan monorel untuk menjawab semua kebutuhan tersebut. Sebagaimana yang KabarPenumpang.com wartakan dari detik.com (18/1/2017), Walikota Malang Moch. Anton menargetkan pembangunan monorel ini akan rampung pada tahun 2018 mendatang. Impian Anton untuk menghadirkan monorel seolah makin nyata ketika pada awal tahun 2017 kemarin, proses Detail Engineering Design (DED) sudah tuntas. Hasil DED yang dilakukan Pemkot Malang bersama sejumlah akademisi ini menyebutkan, pembangunan monorel di kota berjuluk Kota Apel ini dinilai sudah sangat layak dan diharapkan akan menjadi solusi jitu untuk mengurai kemacetan yang menghantui Kota Malang.
Dalam kesempatan berbeda, Anton mengatakan pembangunan monorel juga lebih murah dibandingkan dengan pembangunan jalan tol atau prasarana transportasi lainnya, selain itu monorel juga dianggap memiliki tingkat resiko sosial yang paling kecil. “Kami hanya tinggal menunggu tindak lanjut dari investor asal Cina. Sementara itu, komunikasi dengan calon investor (PT Indonesia Transit Central) juga terus kami lakukan,” ujar Anton.
Baca Juga: Menjajal Sensasi KA Gajayana “Next Generation” dari Malang ke Jakarta
Dalam kasus ini, Malang menjadikan Malaysia dan Singapura sebagai kiblat monorel yang akan mereka hadirkan. Sebagai salah satu pemrakarsa hadirnya monorel di Malang, Budi Fachroni dari Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang mengatakan dirinya akan meninjau langsung ke lapangan guna mendapatkan pembelajaran langsung dari Negara yang sudah terlebih dahulu mengadaptasi monorel sebagai salah satu moda transportasi massal. “Kami akan melakukan studi banding dulu ke Singapura dan Kuala Lumpur (Malaysia). Di sana nanti akan kita lihat bagaimana sistem penumpangnya, kemudian jalur transportasinya, dan sistem lainnya terkait monorel,” tuturnya.
Mengenai masalah rute yang akan dilalui oleh monorel ini, Anton memaparkan rute tersebut akan dimulai dari Stasiun Kotabaru menuju Universitas Brawijaya. Rute tersebut memiliki jarak sepanjang 8,5 km yang pembangunannya akan diprioritaskan terlebih dulu. Setelah itu, pembangunan dilanjutkan ke kampus Universitas Muhammadiyah Malang, ITN 2 dan disambung ke Terminal Arjosari. Menanggapi rute monorel yang akan melintasi salah satu perguruan tinggi nomor wahid di Malang, Rektor Universitas Brawijaya, M. Bisri mengaku tidak keberatan dengan jalur yang melewati kampus biru tersebut.
Baca Juga: Di Jakarta Segera Beroperasi MRT dan LRT, Tahukah Artinya?
“Saya dukung pol. Karena selama ini monorel hanya kita lihat dari suguhan di TV dan hanya ada di luar negeri seperti Korea, Malaysia dan Singapura,” tutur Bisri. “Ya… paling nanti ditata estetikanya. Di luar negeri, monorel juga melewati kampus dan mall kok,” tambahnya. Dukungan lain datang dari Kepala Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan (BPPP) Kota Malang, Wasto. Ia menilai monorel merupakan solusi yang dirasa pas untuk mengentaskan kemacetan di kota yang terkenal bersuhu sejuk ini. Wasto menilai jalan yang ada sudah tidak mungkin untuk diperlebar, apalagi jika harus membangun ruas jalan baru. Pengadaan bus kota pun dirasa hanya akan menambah kemacetan, karena ruas jalanan di Malang yang relatif sempit. ”Jalan-jalan di Kota Malang tidak sesuai untuk lalu lintas bus kota, nanti malah menambah kemacetan baru,” tukas Wasto.
Baca Juga: Uber Menghilang di Kota Malang
Untuk masalah dana, Anton sendiri belum mau membeberkan data kebutuhan dana untuk membuat monorel tersebut. Namun dari data yang dikeluarkan oleh Kemenhub, untuk membuat 1 km jalur monorel, setidaknya harus menyiapkan dana investasi hingga Rp 150 miliar. Itu sudah termasuk biaya pengadaaan track (rel) dan persinyalan. Anton menegaskan, Pemkot Malang tidak mengeluarkan dana sepeser pun dalam pengadaan monorel ini, karena menurutnya, investorlah yang akan menanggung semua kebutuhan dana dalam pengadaan kereta rel tunggal tersebut.