Walaupun masih ‘seumur jagung’ di dunia kedirgantaraan, namun nampaknya Airbus harus bersiap untuk menerima kenyataan pahit terhadap masa depan dari salah satu pesawat superjumbo double-deck nya, Airbus A380. Ada banyak hal yang melatarbelakangi gentarnya pihak Airbus untuk menghadapi seleksi alam di dunia kedirgantaraan global, salah satunya adalah masalah efisiensi pengoperasian pesawat yang mampu menampung 500 penumpang ini.
Baca Juga: Tak Lagi Gunakan Airbus A380, Qatar Airways Ganti Armada Tujuan Atlanta
Dari namanya saja, pesawat ini sudah pasti bisa menampung jumlah penumpang yang lebih banyak daripada pesawat kelas jumbojet, sebut saja Boeing 747. Tidak melulu soal kapasitas penumpang yang sanggup mereka angkut dalam sekali penerbangan, Airbus A380 juga diketahui merupakan salah satu pesawat yang bisa menempuh jarak sejauh 15.200 km. Maka tidak heran jika pesawat ini kerap kali dijadikan armada yang melayani rute penerbangan langsung jarak jauh.
Namun dibalik semua keunggulannya tersebut, para penyedia jasa layanan penerbangan melihat kalau pesawat dengan empat mesin ini bisa dibilang tidak terlalu efisien. Perkembangan jaman yang tidak pernah berhenti ini akhirnya membuat para produsen pesawat mulai mengembangkan pesawat kecil yang mampu menempuh jarak terbang seperti yang dilakukan oleh Airbus A380.
Dari sinilah titik kehancuran Airbus A380 mulai muncul, manakala para penyedia jasa layanan ini lebih memilih pesawat narrow-body yang sudah berevolusi tersebut ketimbang Airbus A380, dimana pesawat-pesawat yang memiliki ukuran yang lebih kecil tersebut tentu saja lebih hemat bahan bakar (karena hanya menggunakan dua buah mesin) dan meningkatkan frekuensi penerbangan dari penyedia jasa layanan penerbangan.
“Mengingat situasi pemesanan terhadap A380 saat ini, pengiriman pada tahun 2019 mendatang hanya akan disesuaikan ke delapan pesawat saja,” ungkap salah satu juru bicara Airbus, seperti yang dikutip KabarPenumpang.com dari laman dailypost.co.uk (27/7/2017). Pernyataan tersebut diluncurkan setelah Airbus menyatakan bahwa total pemesanan terhadap A380-nya terus mengalami penurunan. “15 pesawat pada tahun ini, 12 pesawat pada 2018, dan hanya delapan pada 2019,” tutur pihak Airbus.
Tapi, di sini Airbus bisa sedikit bernafas lega manakala Cina berencana untuk membeli A380 dalam partai besar. “Maskapai penerbangan Cina berpotensi membutuhkan antara 60 dan 100 pesawat A380 selama lima tahun ke depan, seiring dengan meningkatnya lalu lintas penumpang,” tukas kepala Airbus China, Eric Chen, dikutip dari laman arabnews.com (20/9/2017). Tentunya dengan jumlah pesanan tersebut akan mengimbangi perlambatan pesanan Airbus A380 oleh pelanggan terbesarnya, Emirates.
Baca Juga: Singapore Airlines Pamerkan Desain Interior Mewah di Airbus A380 Terbaru
“Ketika saya melihat arus pasar, kenaikan jumlah penumpang, ketersediaan rute, dan faktor ekonomi, saya sepenuhnya yakin bahwa operator Cina memerlukan minimal 60 Airbus A380 selama lima hingga tujuh tahun ke depan,” tambah Eric. Kita tunggu saja perkembangan dari pesawat superjumbo double-deck ini.