Bahaya laten polusi memang menjadi fokus pembahasan berbagai instansi terkait di dalamnya, tidak terkecuali para penyedia jasa transportasi. Bak sebuah koin, kehadiran transportasi memang terbukti memudahkan mobilitas khalayak ramai. Namun di sisi lain, menjamurnya penyedia jasa serupa membuat ancaman polusi menjadi semakin besar.
Baca Juga: Bus Listrik Untuk TransJakarta, Antara Harapan dan Realita
Tapi seiring perkembangan jaman dan teknologi, mulailah bermunculan sejumlah opsi untuk mengentaskan masalah yang saling bersinambungan tersebut. Mulai dari ‘meramu’ bahan bakar yang lebih ramah lingungan hingga peralihan menggunakan kedaraan bertenaga listrik.
Di lihat dari dampak jangka panjangnya, penggunaan kendaraan listirk lebih banyak diminati oleh banyak pemangku kepentingan, sehingga tidak heran jika banyak manufaktur otomotif yang mulai menawarkan berbagai produk Electric Vehicle (EV) andalannya.
Tidak hanya kendaraan pribadi saja yang mulai menggunakan tenaga baru ini, melainkan kendaraan besar seperti bus dan truk juga sudah mulai ‘terinfeksi’ inovasi ini. Walhasil, semakin banyak kendaraan yang menggunakan tenaga listrik, maka semakin rendah pula tingkat polusi yang dihasilkan, dan Cina berhasil membuktikan bahwa negara berjuluk Negeri Tirai Bambu tersebut mampu membuat perubahan yang signifikan dalam urusan pemberantasan masalah polusi.
Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman cleantechnica.com (1/1/2018), BYD Company sebuah manufaktur otomotif yang berbasis di Shenzhen berhasil menyulap semua armadanya dan beralih menggunakan tenaga listrik, termasuk bus. Diketahui, Shenzhen memiliki 16.359 bus dimana masing-masing di antaranya telah menggunakan energi listrik sebagai pembangkit tenaga utamanya.
Demi menunjukkan keseriusannya dalam memberantas masalah polusi, misi selanjutnya yang akan dijalankan oleh BYD adalah mengkonversi semua taksi yang mereka produksi dengan menggunakan energi listrik. “Kami secara bertahap akan mengganti taksi bertenaga bahan bakar yang ada dengan yang bertenaga listrik dan menyelesaikan target pada tahun 2020, atau bahkan lebih cepat dari jadwal,” ungkap Zheng Jingyu, kepala departemen transportasi umum biro transportasi umum kota tersebut.
Diketahui pula, jumlah bus berlabel BYD yang tersebar setara dengan rataan 3 kali lipat keseluruhan bus yang ada di New York City, dan 8 kali lipat keseluruhan bus yang ada di Los Angeles.
Tidak hanya perubahaan dari segi sarananya saja, Shenzhen pun turut membenahi semua prasarananya, dengan membangun 300 bus charger dan melengkapi sekitar 8.000 tiang lampu jalan dengan stasiun pengisian daya kendaraan listrik. Semua ini tidak terjadi tanpa uang. Pada tahun 2017 saja, kota ini menyiapkan hampir $500 juta untuk mempromosikan adopsi bus listrik dan pemasangan infrastruktur pengisian daya.
Baca Juga: Sebentar Lagi, Bandara Brisbane Akan Operasikan Bus Listrik
Selain masalah polusi, penggunaan bus listrik juga dipercaya dapat menghemat biaya operasi ketimbang bus bertenaga diesel. “Penggunaan bus listrik dan taksi yang luas memainkan peran penting dalam meningkatkan kualitas udara dan membangun Shenzhen yang indah,” tutur Lou Heru, wakil kepala komisi transportasi kota Shenzhen.
Ketika Cina sudah mulai mengganti semua armada bus konvensional mereka dengan yang bertenaga listrik, lalu apa kabar dengan Ibu Kota yang hingga kini masih memperdebatkan soal regulasi penggunaan jalan?