Ketika raga letih dan tak kuat lagi melawan kantuk, maka tidur pun mau tak mau harus dijalani. Terkhusus bagi penumpang di bandara yang terdampak penundaan penerbangan, faktanya belum tentu bisa dengan mudah mendapati tempat yang cocok untuk merembahkan diri. Jangan kan merembahkan diri, pun untuk tidur sembari duduk kerap juga sulit dilakukan. Berangkat dari kenyataan tersebut, mendorong peluang hadirnya sebuah layanan baru.
Dalam pandangan mainstream, tidur di bandara identik dengan keberadaan hotel atau penginapanan lain yang ada di sekitaran bandara. Tak salah memang, tapi dalam kondisi tertentu, tak mudah untuk menuju ke hotel yang dimaksud, belum lagi tarif hotel di sekitaran bandara yang terbilang ‘mahal’ untuk kelas penumpang yang sekedar ingin transit atau menunggu delay.
Baca juga: Hadirkan The Sleep ‘n Fly Lounge, Bandara Dubai Penuhi Kebutuhan Tidur Pelancong
KabarPenumpang.com merangkum dari skift.com (13/9/2017), belakang ini bermunculan tempat untuk tidur dan beristirahat selama di bandara baik untuk transit atau tidur seharian di terminal. Generasi baru tempat beristirahat ini bisa disebut tempat tidur kapsul, kabin dan pods.
Salah satu yang memanfaatkan fasilitas di terminal bandara untuk menghadirkan tempat tidur sementara yakni Minute Suites LCC, saat ini menyediakan layanan di bandara Atlanta, Dallas Fort Worth dan Philadelphia yang akan dibuka Desember mendatang. Selain itu bandara Washington Dulles juga akan dikonsep oleh Minute Suites LSS yang akan hadir tahun depan.
IzZzleepp, perusahaan lainnya membuka kapsul-kapsul tidurnya di bandara Mexico City pada musim panas tahun ini dengan harga mulai dar US$8 per jamnya hingga US$34 untuk per malamnya. Operator hotel mini, Yotel juga mengoperasikaan YotelAirnya di empat bandara Eropa dan bandara Changi dalam proses pembuatan tahun 2019 mendatang. Yotel juga berharap bisa memperluas daerah operasionalnya hingga ke Amerika Serikat seperti halnya NapCity Americas yang punya hak paten NapCabs, sebuah perusahaan pod tidur yang berbasis di Jerman.
Dengan adanya pods, kapsul atau kabin tidur ini, memudahkan penumpang yang menjadi korban dari penundaan dan pembatalan penerbagan karena cuaca buruk dan lainnya. Namum perlu dicatat, modus ‘penginapan’ praktis ini juga bisa menimbulkan persaingan bagi industri hotel atau penginapan konvensional di sekitaran bandara.
Secara faktanya bandara memiliki hubungan dengan penginapan terdekat yang bisa digunakan saat penumpang membutuhkannya. Tetapi tetap saja para pemilik operator pods ini menginginkan adanya komitmen sewa jangka panjang di bandara.
Baca juga: Terpaksa Menginap di Bandara? Siapa Takut!
Wakil Presiden Yotel, Jo Berrington mengatakan, waktu menginap rata-rata di YotelAir sekitar tujuh jam dan harga selama empat jam sekitar 35 Euro atau setara dengan US$42. Menurutnya, di bandara internasional umumnya bisa menampung 60-150 kabin.
Saat ini, YotelAir berada di urutan teratas untuk penyediaan layanan di bandara Amsterdam, Paris dan dua bandara besar lainnya di London. “Kami sudah melakukan diskusi dengan bandara Amerika Utara tetapi belum ada kesepakatan,” ujar Berrington.
Minute Suites mengatakan bisnisnya konsisten, namun menggunakan penetapan harga dinamis untuk menyesuaikan periode permintaan rendah dan tinggi. Perusahaan ini mengevaluasi bandara dengan tujuan penerbangan internasional dan lalu lintas penghubung yang padat. Harga mulai sekitar UA$32 per jam, sedangkan untuk menginap semalam di dua lokasi Bandara Fort Worth International Airport (Dallas), Minute Suites menawarkan harga sekitar US$140 atau lebih murah kira-kira US$100 kurang dari sebuah kamar di Hyatt Regency di bandara dekat Terminal C.
“Model bisnis kami bukan hanya hanya menyasar calon penumpang pesawat yang mengalami penundaan dan pembatalan. Faktanya para awak kabin dan pilot juga senang menggunakan jasa kami untuk sekedar tidur siang,” kata Christopher Glass, wakil presiden Minute Suites
Namun, apa yang ada dipikiran Anda tentang desain tempat tidur kapsul ini? Sebenarnya, tentang tempat tidur yang sempit dan digunakan hanya sebentar bukanlah hal baru, sebab Jepang telah menjadi pelopor bagi masalah ini di darah kota yang padat dengan tempat hiburan yang banyak. Di Asia sendiri, banyak versi kapsul tidur untuk hotel-hotelnya.
Glass mengatakan, pihaknya memiliki model yang sangat Amerikanisasi tentang apa yang tersedia di luar negeri. Apalagi YotelAir berencana menabah lokasi pada akhir tahun depan dan belum dipastikan dengan jelas bandara mana lagi yang akan menghadirkan YotelAir ini.