Pihak Boeing akhirnya secara gamblang menyebutkan pada Selasa (20/6/2017) waktu setempat bahwa sementara model kargo 747 jumbo jetnya akan terus dijual, walaupun “Queen of the Skies” (julukan untuk Boeing 747) tidak akan lagi digunakan sebagai pesawat penumpang. Berbeda dengan pesaingnya, Airbus, Boeing meragukan si pesawat besarnya tersebut dari seluruh aspek, termasuk pada bisnis pesawat jet penumpang. Hal tersebut dilontarkan Randy Tinseth, wakil presiden pemasaran Boeing dalam pagelaran Paris AirShow 2017, sebagaimana dilansir KabarPenumpang.com dari chicagotribune.com (20/6/2017).
Baca Juga: Tak Lagi Gunakan Airbus A380, Qatar Airways Ganti Armada Tujuan Atlanta
Randy berharap di tahun-tahun yang akan datang Boeing hanya menjual beberapa jenis nonfreighter dari 747 saja, yang terdiri dari pesawat VIP pribadi untuk kepala negara asing ditambah 2 atau 3 pesawat Boeing 747 khusus yang nantinya akan dipasok untuk Air Force One, pesawat kepresidenan AS. “Kami tidak melihat adanya permintaan dalam angka yang cukup besar untuk pesawat ini,” imbuhnya. Tentu saja, ini merupakan pukulan telak bagi salah satu ikon dalam dunia penerbangan.
Pada awalnya, pesawat raksasa ini dirancang dan dibangun oleh tim Boeing ini diprakarsai oleh salah satu insinyur legendaris, Joe Sutter. Pesawat berjuluk “The Incredible” ini mampu membawa dua setengah kali lebih banyak dari pada pesawat jet jarak jauh pendahulunya, Boeing 707. Karena ukuran Boeing 747 yang sangat besar, mampu merubah perjalanan udara pada era 70-an hingga 80-an dari maskapai yang hanya bisa diakses oleh masyarakat kelas wahid menjadi dapat diakses oleh masyarakat kelas menengah. Hal ini disebabkan adanya pembagian kelas dalam kabin pesawatt tersebut.
Sampai saat ini, Boeing telah mengirimkan lebih dari 1.500 unit Boeing 747 Jumbo Jet sejak Januari 1970. Namun, seiring perkembangan jaman, pasar untuk pesawat bermesin empat mulai tergeser dengan teknologi mesin kembar yang dinilai lebih hemat dalam segi pengoperasian. Pada saat yang sama, jaringan rute telah berevolusi untuk mendukung pesawat kecil terbang lebih sering dan langsung, daripada pesawat besar yang melewati hub raksasa.
Baca Juga: Beroperasi Singkat, Maskapai Indonesia Ini Tinggal Cerita
Penurunan pemesanan Boeing terlihat pada bulan Mei lalu, dimana manufaktur pesawat tersebut hanya menerima lima pesanan untuk pesawat jet penumpang model 747-800. Sedangkan kompetitornya, Airbus, menerima 100 pesanan superjumbo A380. Setahun yang lalu, Boeing memprediksi bahwa lebih dari 20 tahun yang akan datan, maskapai penerbangan di dunia membutuhkan 430 pesawat dari jenis 747 dan A380. Angka tersebut jelas menunjukkan suatu penurunan drastis terhadap pemesanan pesawat Boeing, terjun bebas sekitar 290 unit disbanding tahun kemarin.
Maskapai-maskapai papan atas, seperti Air France, All Nippon Airways, Japan Airlines, Cathay Pacific dan Singapore Airlines semuanya telah mengandangkan Boeing 747 dari armada mereka. Dan tahun ini, United Airlines dan Delta menjadi maskapai AS yang tersisa yang masih mengandalkan Boeing 747, dikabarkan tengah bersiap untuk menggunakan produsen maskapai lainnya dan berpaliing dari Boeing. Hingga saat ini, menurut Randy, Boeing hanya memiliki 15 pesanan untuk 747 di backlog-nya.