Satu-satunya alasan mengapa pesawat selalu menghindari area yang terselimuti abu vulkanik adalah karena partikel berukuran mirko tersebut dapat merusak fungsi baling-balin dan bagian mesin lainnya. Dikhawatirkan, mesin akan mengalami masalah hingga kemungkinan paling buruknya adalah mesin gagal beroperasi yang bisa saja menyebabkan sebuah pesawat mengalami kecelakaan.
Baca Juga: Bird Strike! Masih Jadi Momok Menakutkan dalam Dunia Penerbangan
Kasus seperti ini pernah menimpa salah satu maskapai British Airways Boeing 747 pada tahun 1982 silam. Pesawat dengan rute penerbangan London menuju Auckland tersebut terpaksa melakukan pendaratan darurat di Bandara Halim Perdanakusuma setelah keempat mesin dari maskapai tersebut tidak berfungsi. Untungnya, kejadian menegangkan tersebut tidak menelan korban jiwa maupun korban luka.
Tidak hanya merusak bagian mesin, seperti yang dihimpun KabarPenumpang.com dari laman theguardian.com, abu vulkanik juga bisa menutupi bagian kaca depan kokpit, menyelimuti badan pesawat dan lampu penerbangan, serta membuat massa pesawat menjadi semakin berat. Tidak hanya selama pesawat mengudara, ternyata kehadiran abu vulkanik di landas pacu pun akan memicu hal serupa, yaitu kemungkinan abu akan menyelinap masuk ke dalam bagian mesin.
Namun dilansir dari sumber, pesawat yang akan take-off maupun landing akan menerbangkan abu-abu tersebut ke angkasa dan dikhawatirkan akan mengurangi jarak pandang. Nantinya, abu-abu tersebut akan terlempar ke udara di ketinggian 6km hingga 11 km, dimana pada ketinggian tersebut biasanya pesawat mengudara. Dampak lainnya adalah kawasan bandara akan menjadi kotor, serta udara disekitarnya pun menjadi tidak sehat.
Baca Juga: Pengamat Menjawab 6 Permasalahan Antara Penumpang dan Maskapai Penerbangan
Satu masalah lain adalah bentuk fisik dari abus tersebut, dimana mereka sangatlah halus, dengan diameter kurang dari 2 mm. Itu menandakan abu-abu tersebut mudah sekali terbawa angin. Abu-abu ini seolah berdansa di udara dan terbang ke sana ke mari tergantung arah angin yang membawa mereka. Tidak hanya ditentukan oleh angin, ketinggian dari abu ini juga ditentukan oleh asal mula mereka, yaitu letusan gunung berapi. Abu-abu ini akan sering terlempar tinggi hingga mencapai ketinggian dari lalu lintas udara. Jadi akan semakin berisiko untuk sebuah pesawat melintasi daerah yang terselimuti oleh abu vulkanik.
Ketakutan akan abu vulkanik yang menimpa dunia aviasi memaksa Inggris melakukan pembersihan udaa dari siang hari hingga pukul 18.00 waktu setempat. Tentu saja ini merupakan bentuk tindakan pencegahan, yang bisa dibilang tidak masuk akal. Sekali abu masuk ke dalam mesin, maka mereka akan terkurung dalam waktu yang lama di dalam sana. Untuk membongkar bagian mesin pun bukan merupakan jawaban. Karena ukurannya yang sangat kecil dan halus, pihak maskapai akan sulit untuk membersihkannya, sekalipun bagian mesin sudah dibongkar.
Baca Juga: Low Cost Carrier, Ubah Peta Pasar Penerbangan Dunia
Menurut data yang dilansir dari laman sumber, secara keseluruhan sudah lebih dari 60 pesawat telah dihapusbukukan karena kerusakan yang ditimbulkan oleh abu. Karena hal sekecil abu bisa membawa dampak yang sangat besar, dunia aviasi sendiri terbagi menjadi sembilan wilayah, dimana masing-masing wilayah memiliki pusat penasihat abu vulkaniknya sendiri-sendiri. Mereka akan memberikan informasi mengenai eksistensi abu di udara, dan memberi himbauan jika kondisinya tidak memungkinkan untuk sebuah pesawat mengudara.