Hadirnya teknologi Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) dalam dunia aviasi global memang memberikan banyak keuntungan bagi sejumlah pihak. Tidak hanya bagi si penyedia produk VR dan AR saja yang diproyeksikan akan meraup untung, pun dengan pihak maskapai selaku ‘penghubung’ produsen VR dengan konsumen jasa penerbangan. Di sisi penumpang sendiri, tentu saja hadirnya teknologi ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pengalaman mengudara mereka secara keseluruhan.
Baca Juga: First Airlines, “Maskapai” Jepang dengan Penerbangan Virtual Reality Pertama
Mundur ke tahun 2015 lalu, dimana Flag Carrier Australia, Qantas Airways memperkenalkan teknologi VR hasil kerja samanya dengan Samsung ke dalam kabin armadanya dan first class lounge. Namun siapa sangka, kesuksesan uji coba teknologi tersebut telah memicu hampir seluruh penyedia jasa penerbangan untuk turut serta mengaplikasikan fitur VR di dalam pelayanannya.
Sampai-sampai, beredar pernyataan yang mengatakan bahwa penggabungan teknologi baru untuk meningkatkan pengalaman penumpang adalah sebuah keharusan. Wajar saja jika penyataan tersebut seolah menjadi pemantik penyedia jasa penerbangan untuk meningkatkan pelayanannya, setidaknya jika mereka tidak ingin tersingkir dari ketatnya persaingan yang ada.
Dilansir KabarPenumpang.com dari laman wamda.com (31/5/2018), Ketua Kapitel UAE asosiasi industri global untuk VRAR Association, Shujat Mirza mengatakan bahwa hadirnya teknologi VR dan AR merupakan pengubah ritme permainan di sektor aviasi global . “Ini tidak hanya sebatas cara kita sebagai penumpang untuk mengkonsumsi sebuah konten, melainkan juga memungkinkan kita untuk berinteraksi lebih baik lagi,” ungkapnya.
Dari sini saja, kita sudah dapat berkaca bahwa tidak hanya nilai keselamatan dan keamanan saja yang diutamakan oleh para penyedia jasa penerbangan, pun dengan poin pengalaman penumpangnya.
Nampaknya akan terlalu panjang jika menyebutkan maskapai mana saja yang telah menerapkan fitur VR dan AR di dalam pelayanannya. Sebut saja Royal Dutch Airlines (KLM), Lufthansa, dan Air France yang menjadi tiga maskapai besar yang telah membuktikan ‘khasiat’ dari penggabungan teknologi VR dan AR ke dalam pelayanannya. Walaupun tidak sama persis, namun secara garis besar, penumpang ketiga maskapai tersebut dapat menikmati layanan entertainment on-board selama mereka mengudara. Mulai dari headset VR hingga menyaksikan tayangan 2D dan 3D, merupakan beberapa poin yang siap meningkatkan pengalaman mengudara penumpang.
Seperti yang sudah disinggung di atas mengenai siapa-siapa saja yang akan menerima keuntungan dari penggunaan teknologi VR dan AR ini, ternyata banyak pihak yang meyakini bahwa perusahaan-perusahaan startup pun akan ikut merasakan euforia dari naik daunnya teknologi ini. Tidak bisa dipungkiri, ada banyak perusahaan startup di luar sana yang berkecimpung di bisnis menggiurkan ini.
Baca Juga: Inilah Para Pengguna Augmented Reality di Industri Dirgantara
Sebut saja GigaWorks, TAKELEAP, PearQuest, dan Eventagrat merupakan sejumlah kecil startup yang mendalami bisnis VR dan AR ini. Namun bukan berarti mereka hanya tinggal menunggu pesanan dari pihak maskapai. Ada beberapa poin yang harus mereka buktikan kepada calon konsumennya, seperti inovasi apa yang bisa mereka hadirkan dan membuatnya beda dengan perusahaan startup lain.
Dengan begitu, sudah hampir dapat dipastikan bahwa masa depan dunia aviasi global akan dipenuhi dengan seabreg fitur futuristik yang dapat meningkatkan pengalaman terbang para penumpangnya.