Banyak para awak kabin (cabin crew) atau flight attendant perempuan yang tidak suka disebut dengan pramugari. Hal ini didasari banyak sekali hal yang tidak mengenakkan. Dilansir KabarPenumpang.com dari jalopnik.com, tak sukanya seorang awak kabin perempuan disebut pramugari karena banyak yang berpikir bahwa seorang pramugari adalah “pelayan perempuan.”
Baca juga: 10 Seragam Pramugari Paling Ikonik di Dunia
Ini terlihat dari iklan sebuah maskapai penerbangan Braniff International Airways yang terkenal pada masanya. Dalam iklan tersebut terlihat seorang pramugari mengganti bajunya berkali-kali seperti menyuguhkan peragaan busana dan bisa membuat para penontonnya berpikiran tak senonoh. Iklan seperti ini dianggap obyektif terhadap perempuan karena seperti menjual dirinya. Padahal di masa jayanya, busana pramugari Braniff menggunakan rancangan desainer papan atas.
Pacific Southwest Airways (PSA) merupakan maskapai lainnya yang menggunakan iklan dengan daya tarik pramugari. PSA tahun 1965 membuat iklan rok mini, mantan pramugari PSA Marilyn Tritt menuliskan dalam bukunya “Long Legs and Short Nights” bahwa dulu ada perbedaan pramugari dan petugas keamanan. Dia mencatat petugas pengamanan ada di dalam kabin untuk menjaga keamanan sedangkan pramugari hanya dijadikan sajian mata, menggoda dan menyajikan minuman.
“Pramugari tidak diizinkan melakukan pengumuman di PA, karena tidak ada yang bisa memahami,” tulis Marilyn dalam bukunya.
Baca juga: Seragam Pramugari Garuda, Beda Warna, Beda Pula Arti dan Jabatannya
Saat ini banyak hal baru dan awak kabin saat ini menganggap bahwa sebutan pramugari merupakan hinaan terhadap profesi mereka dan untuk pribadi diri mereka. Sebab pekerjaan mereka lebih berat dan bukan hanya sebagai pemanis kabin saja. Seorang penulis New York Times Heather Poole pernah mengatakan tahun 1960an selama masa kejayaan PanAm, ada beberapa persyaratan sebagai pramugari dimana harus memiliki tinggi minimal 160 cm dan berat tidak lebih dari 62 kg. Tak hanya itu, seorang pramugari harus pensiun pada usia 32 tahun.
Selama masa tugas, pramugari tidak boleh menikah dan memiliki anak. Sedangkan tahun 1970-an organisasi pramugari untuk hak-hak perempuan memaksa maskapai untuk mengubah cara yang selama ini mereka terapkan. Dimana usia pensiun adalah hal yang paling pertama wajib dilakukan, dan mempekerjakan para pria untuk menjadi seorang awak kabin. Saat itulah maskapai beralih menjadi netral gender dan menjadi awak kabin lagi.
“Kata ‘pramugari’ sudah usang tetapi saya tidak keberatan bila seseorang memanggil saya sebagai pramugari. Ini hanya sebuah kemunduran ke waktu yang lebih lama. Saya menganggapnya sebagaai pujian,” ujar Marylin.
Baca juga: Gara-Gara Bikini Pemilik VietJet Jadi Orang Kaya Nomor 2 di Vietnam
Sebuah buku Cruising Attitude : Tale of Crashpads, Crew Drama dan Crazy Passangers at 35000 feet merupaakan bacaan yang bagus. Dimana dalam buku ini menulis tentang rasanya menjadi seorang awak kabin.
Terkait masalah ini, awak kabin PSA dan Braniff bukanlah satu-satunya yang membuat iklan agar maskapainya terkenal, Southwest yang bergabung tahun 1971 juga membuat iklan yang menghadirkan seorang pramugari menggunakan bawahan celana pendek dn sepatu bot gogo. Namun, ternyata masih banyak maskapai lain yang membuat pramugari mereka untuk dijadikan model.
Salah satunya yakni Ryanair yang menerbitkan kalender baju renang tahunan yang hasilnya digunakan untuk amal. Sayangnya Oktober 2014 pihak maskapai menghentikan produksi kalender, karena maskapai ingin menjadi maskapai dengan penerbangan ramah keluarga.
Baca juga: DC-9 Garuda Indonesia, Andalan Penerbangan Jet Domestik Era 80-an
Maret 2015, Jepang Skymark memulai debut seragam baru untuk para awak kabin dengan menampilkan para awak kabin tersebut. Dalam penampilannya, Jepang Skymark menampilkan wajah-wajah muda yang dianggap tidak mematuhi undang-undang diskriminasi usia. Dalam hal ini, awak kabin juga di tuntut untuk melakukan perawatan dan sebisa mungkin kursus untuk memoles wajah dengan make up, cara berpakaian dan lainnya.
tetapi awak ANA, Korean Airlines ataupun Singapore Airlines tak perlu melakukan hal itu semua, sebab para awak kabin ini benar-benar bekerja keras dalam pesawat dan melakukan pelatihan yang sangat ketat. Bila nantinya pun masuk masa pensiun, biasanya para awak kabin Singapore Airlines tidak susah mencari pekerjaan di bidang jasa.