Ingat dengan Bikun? Bus legendaris yang menjadi ikon dari Universitas Indonesia (UI) ini ada yang dialokasikan menjadi fondasi dari sebuah café di salah satu fakultasnya. Nah, bagaimana dengan bus-bus tua lainnya yang sudah tidak layak lagi untuk beroperasi? Akankah besi-besi rongsok tersebut akan berakhir di tempat peleburan, atau dimanfaatkan untuk hal lain yang lebih bermanfaat? Untuk sebagian bus, mungkin akan mengakhiri perjalanannya di tempat peleburan, namun tidak dengan bus yang ada di Afrika.
Baca Juga: Airavat, Bus AKAP dengan Fasilitas Mini Bar dan Toilet Kering
Sebagaimana yang dihimpun KabarPenumpang.com dari laman standardmedia.co.ke, bus-bus yang sudah tidak layak beroperasi didandani sedemikian rupa sehingga beralih fungsi menjadi bus toilet bernama Toilet Iko. Bus berkapasitas 52 penumpang ini disulap oleh David Kuria, seorang asal Kenya yang memiliki angan untuk mengubah cara pandang semua orang terhadap toilet hingga pola hidup setiap orang yang lebih sehat.
Merk dagang yang berdiri sejak 2007 ini bernaung di bawah nama besar Ecotact, perusahaan sosial yang berupaya menemukan cara inovatif untuk mengatasi masalah sanitasi di Afrika. Memang, beberapa daerah di Afrika terkenal dengan level kesehatannya yang berada di bawah rata-rata, maka pemandangan orang-orang yang buang air besar di tempat terbuka seperti sungai atau kebun bukanlah masuk ke dalam kategori langka di Benua Hitam ini. Hal ini pula yang menggugah jiwa sosial David untuk merubah kebiasaan yang tidak sehat tersebut.
“Berbeda dengan toilet tradisional, Toilet Iko mampu melayani lebih banyak orang. Tidak sampai di situ, toilet ini juga menyediakan kamar mandiyang bisa digunakan oleh siapa saja,” ungkap Kevin Ng’ang’a, Head of Logistics and Marketing Toilet Iko. “Biaya sewa satu bus dibanderol dengan harga Sh50.000 (Rp 6,5 juta) hingga Sh60.000 (Rp 7,8 juta),” imbuhnya.
Layaknya toilet di kebanyakan tempat, bagian wanita dan pria dibedakan. Terdapat dua toilet duduk dan dua toilet berdiri di sektor pria. Sedangkan di bagian toilet perempuan terdapat dua toilet duduk dan satu kamar mandi, lengkap dengan sebuah kaca besar dan hiasan bunga yang membuat toilet ini tampak lebih feminim dan menarik.
Baca Juga: TransJakarta Luncurkan Smart Toilet Perdana di Halte Monas dan Balai Kota
Standar kelayakan toilet mewah juga tersematkan pada Toilet Iko. Mulai dari musik, pencahayaan yang pas, sistem pembuangan yang baik, pengharum ruangan, cermin, hingga pajangan bunga yang akan meningkatkan nilai estetika dari moving-toilet ini. Untuk sistem pengairan, setiap bus dapat mengangkut sekitar 3.000 liter air yang disimpan pada bagian atas, dan bus ini juga mampu menampung ‘limbah’ hingga 4.000 liter, yang nantinya akan dikeringkan ketika waktu operasional telah berakhir.
Jika dari deskripsi di atas, Toilet Iko nampaknya lebih menarik ketimbang bus toilet yang dulu sering mangkal di seputaran Monumen Nasional (Monas). Namun jangan melulu dilihat dari segi penampilannya saja, melainkan fungsi dari kehadiran dua moda yang sudah bertransformasi ini dapat dijadikan acuan untuk lebih menjaga lingkungan.
Kehadiran moda serupa tentu akan sangat dihargai oleh para pecinta konser musik outdoor, dimana di acara seperti ini kehadiran bus toilet sangatlah penting, mengingat kondisi venue yang tidak melulu dilengkapi dengan kamar kecil.