Monday, November 25, 2024
HomeDestinasiStasiun Malang, Pertahankan Gaya Nieuwe Bouwen Bersiap Direnovasi

Stasiun Malang, Pertahankan Gaya Nieuwe Bouwen Bersiap Direnovasi

Beratap datar namun punya kesan kuat sebagai bangunan era kolonial bernilai sejarah tinggi, itulah yang melekat saat melihat Stasiun Malang, atau akrab disebut warga sebagai Stasiun Malang Kotabaru. Bagi Anda pengguna KA jarak jauh antar kota dari dan tujuan ke Malang, pasti akan menapaki stasiun yang dibangun pada tahun 1940 ini. Meski telah berusia senja, wajah stasiun terbesar di Kota Malang ini masih mempertankan nilai heritage, bahkan stasiun rancangan Landsgebouwendienst telah ditetapkan sebagai cagar budaya yang dilindungi.

Stasiun Malang tempo doeloe.
Stasiun Malang tempo doeloe.
Stasiun Malang berada di ketinggian 444 meter diatas permukaan laut.
Stasiun Malang berada di ketinggian 444 meter diatas permukaan laut.

Menurut rencana, pada tahun 2017 ini, Stasiun Malang akan direnovasi secara masif, stasiun akan berganti rupa dipisah menjadi dua bangunan. Stasiun Baru Kota Malang nantinya akan terbagi dalam dua area yang melayani rute berbeda. Bangunan lama, seperti yang saat ini digunakan, tidak akan berubah bentuk aslinya. Stasiun lama nantinya diproyeksikan untuk perjalanan jarak dekat. Sementara untuk bangunan baru akan dibangun di sisi utara kompleks stasiun yang menghadap ke Jalan Panglima Sudirman, dan nantinya akan melayani rute-rute jauh. Seperti Malang – Bandung, Malang – Jakarta. Seperti terlihat pada gambar maket, meski kedua bangunan dipisahkan oleh jalur rel, tapi akan tetap terhubung lewat jembatan khusus penyeberangan.

Desain Stasiun Malang di masa mendatang (tampak depan)
Desain Stasiun Malang di masa mendatang (tampak depan)
Desain Stasiun Malang Kotabaru tampak belakang, terlihat area lahan parkir.
Desain Stasiun Malang Kotabaru tampak belakang, terlihat area lahan parkir.

Dalam paket renovasi yang disiapkan PT KAI juga mencakup penyediaan lahan parkir, makum untuk urusan parkir, khususnya untuk mobil terkesan terlantar dan semrawut. Tidak jelas area parkir untuk mobil di stasiun ini. Karena tak dilengkapi halaman, untuk mengakses pintu depan stasiun bisa langsung dari jalan raya. Kadang ini menyebabkan kemacetan, mengingat kendaraan pengantar dan penjemput berhenti langsung di areal depan stasiun. Dalam rencana renovasi, PT KAI Daops 8 menyiapkan lahan di sisi utara stasiun untuk lokasi parkir baru.

Saat KabarPenumpang.com menyambangi Stasiun Malang pada Kamis (16/3/2017), Nampak area depan stasiun masih semrawut, terlihat mulai dari pedadang kaki lima hingga pengemis berada di dekat pintu masuk stasiun. Untuk akses masuk stasiun dibagi menjadi dua, akses bagi penumpang pengguna KA Ekseskutif berbeda dengan pintu untuk penumpang KA Bisnis/Ekonomi. Namun sayang, justru akses masuk ke ruang tunggu Eksekutif terasa sempit dan menyulitkan bagi penumpang yang membawa koper dengan ukuran agak besar.

P_20170316_125238

IMG_20170315_234019

Melihat ruang peron Stasiun Malang, menyiratkan kesan simple, bersih, dengan arsitektur kolonial modern (Nieuwe Bouwen). Resminya Stasiun Malang mempunyai dua belas jalur aktif dengan jalur 3 sebagai jalur sepur lurus. Sementara ada lima jalur yang digunakan untuk langsir kereta penumpang. Untuk jalur 1 langsung menghadap ke peron utama, dan diperuntukkan bagi KA Eksekutif Jarak Jauh, di peron ini penumpang dimudahkan untuk bisa mengakses langsung ke gerbong. Sementara masih ada jalur 2, 3, 4 dan 5, calon penumpang dapat mengakses ke peron lewat terowongan.

Akses terowongan.
Akses terowongan.

Tentang terowongan di Stasiun Malang, meski belum adaptif bagi penumpang difabel, terowongan ini terbilang bersejarah karena dibangun di era Perang Dunia II. Struktur dan sistem kontruksi terowongan tersebut juga dibuat dari beton yang tahan ledakan bom dan kedap gas beracun. Berdasarkan catatan sejarah, terowongan dibuat untuk mengantisipasi serangan udara oleh Jepang.

Sayangnya lantai peron belum sejajar dengan gerbong, alhasil naik turun gerbong harus memakai tangga.
Sayangnya lantai peron belum sejajar dengan gerbong, alhasil naik turun gerbong harus memakai tangga.

Merujuk ke sejarahnya, Stasiun Malang Kotabaru konon sudah berdiri sejak tahun 1887, namun berada di sebelah timur rel kereta. Ada dua versi yang menyebutkan mengapa stasiun itu berada di sebelah timur rel. Versi pertama menyebutkan pada masa itu di timur rel terdapat tangsi militer, sehingga stasiun dibuat berhadapan langsung dengan lokasi tersebut. Ada pula yang menyebutkan bangunan Stasiun Kotabaru lama dibuat di sebelah timur rel agar penumpang yang turun bisa langsung menikmati indahnya pemandangan Gunung Panderman di sisi barat stasiun. Perkembangan Malang sebagai calon kota terbesar kedua di Jawa Timur di era Kolonial Belanda memaksa pemerintah setempat membuat bangunan stasiun kereta api yang baru pada tahun 1940. Tujuannya agar bisa menampung penumpang lebih banyak lagi.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru