Bila model BRT alias Bus Rapid Transit sudah demikian mengakar di Indonesia, salah satunya lewat layanan TransJakarta, maka lain hal dengan PRT (Personal Rapid Transit). Meski namanya asing di telinga, PRT sejatinya adalah podcars, yakni moda kendaraan yang menggabungkan keunggulan kendaraan pribadi dan jalur kereta api. Meski implementasi PRT terbilang sepi, sejatinya model podcars sudah ada sejak tahun 1975 di Morgantown, West Virginia. Bahkan di Banglore, India, PRT digadang sebagai jawaban untuk mengatasi kemacetan di mase depan.
Baca juga: Autonomous Rail Rapid Transit, Pelampiasan Cina Setelah Gagal Dengan Straddling Bus?
Selain itu, Belanda tepatnya di Rotterdam sudah menggunakan PRT sejak tahun 1999, Masdar City di Abu Dhabi sudah menggunakan PRT sejak 2010, Bandara Heathrow London tahun 2011 dan Sungcheon Bay di Korea Selatan tahun 2014 lalu. KabarPenumpang.com merangkum dari laman citylab.com bahwa, peningkatan podcars ini terlihat dalam 15 tahun terakhir.
Podcars yang ada di Belanda biasanya digunakan untuk menghubungkan perkantoran di pinggir kota ke stasiun kereta dengan sebuah jalur yang tidak eksklusif di sepanjang jalan. Sedangkan yang ada di Heathtrow merupakan alternatif yang bisa digunakan orang-orang di bandara.
Belum lama, Tel Aviv juga menjadi salah satu pengguna podcars. Namun, sampai saat ini podcars yang paling mengesankan adalah yang berada di Morgantown tepatnya Universitas West Virginia dan melewati lima stasiun dengan lebih dari delapan mil (12 km) untuk jalur khusus. Dalam satu podcars mampu menampung delapan orang dan terhitung untuk satu tahun pelajaran ada sekitar 15 ribu orang yang menggunakan. Sistem di Morgantown menunjukkan janji transit cepat yang telah berlangsung lama.
Sebenarnya dengan adanya podcars bisa mengurangi potensi penggunaan mobil pribadi di kota. Dimana dengan menggunakan PRT seperti milik pribadi yang mengantarkan perjalanan langsung ke tujuan sehingga sampai di transportasi umum tanpa hal yang menganggu.
Sayangnya, sistem tersebut tidak cukup untuk menangani banyaknya orang dikala jam sibuk. Tak hanya itu, sistem ini juga belum bisa mengalahkan layanan yang ditawarkan oleh jaringan taksi.
Sebenarnya sistem PRT sudah ada di kota hanya saja kurang efektif dalam penggunaannya, sehingga kota yang memiliki jaringan tersebut masih menanggung biaya signifikan. Mineta Transportation Institute memperkirakan biaya US$10 hingga US$20 juta per mil untuk sistem transit cepat pribadi berkapasitas menengah.
Namun, hanya sedikit perusahaan manufaktur yang mau terlihat dalam proyek PRT, lantaran pasar pengguna yang dianggap masih sepi. Faktor dalam overruns biaya yang tak terelakkan dari mega proyek, dan podcars menjadi sumber daya transit yang berharga.
Baca juga: Gunakan Rel Virtual, Autonomous Rail Rapid Transit Siap Mengular di Zhuzhou
Untuk bandara dan kota baru, PRT dapat melengkapi sistem angkutan massal lainnya dengan lebih baik dan mendorong orang untuk menjalani gaya hidup bebas kargo dengan menyediakan layanan tujuan-ke-tujuan dengan berjalan kaki minimal dari stasiun. Di lingkungan yang baru dibangun, PRT dapat dibangun dengan harga murah dan bisa dipasang sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu lingkungannya.