Jauh sebelum dikenal istilah KAIS (Kereta Api Inspeksi) yang digunakan sebagai tim pembuka (vooridjer) untuk rombongan Presiden dan tamu VVIP (Very Very Important Person), sejatinya di dekade tahun 50/60-an di Indonesia sudah ada kereta dengan fungsi serupa, hanya saja karena ditugaskan untuk mengawal rombongan kereta di jaman pergolakan yang marak gangguan keamanan, kereta vooridjer bukan sekedar melakukan inspeksi, melainkan kereta yang dimaksud dilengkapi persenjataan dan bodi berlapis baja.
Baca juga: KAIS RailOne, Mengenal Vooridjer Kereta Kepresidenan RI
Dikutip dari Indomiliter.com, yang dimaksud sebenarnya adalah panser rel V-16, lantaran hakekatnya mirip panser, hanya saja berada dalam platform rel. Ada kesamaan antara panser rel dengan KAIS RailOne, yakni mampu bergerak secara mandiri, tak lain keduanya dilenglapi mesin penggerak.
Panser rel buatan Bengkel Peralatan Angkatan Darat (PAL) atau saat ini dikenal sebagai PT Pindad. Berbeda dengan panser beroda ban, maka panser rel sifatnya khusus untuk misi perlindungan, yaitu pada konvoi dan jalur kereta dari ancaman gerombolan bersenjata. Hebatnya hasil karya Anak Bangsa ini sudah pula dilengkapi tenaga penggerak sendiri, panser rel V16 disokong mesin diesel Ford VBA65HI. Karena punya tenaga sendiri, panser rel V16 mampu melaju dengan kecepatan maksimum 80 km per jam.
Tidak dijelaskan berapa level ketebalan lapis baja pada Panser Rel V-16, namun ranpur roda rel yang kini bisa dilihat di Museum Mandala Wangsit Siliwangi, Bandung, nampak dipersenjatai senapan mesin ringan pada sisi depan dan belakang. Tidak lupa, sebagai ranpur panser ini juga telah dilengkapi perangkat komunikasi berupa radio. Sementara pada sisi kiri dan kanan lambung panser ini dilengkapi lubang intip. Diatasnya terdapat palka yang dapat dibuka untuk sirkulasi udara, dan tentunya bantuan tembakkan dari awak bila diperlukan.
Debut Panser Rel V16 hadir dalam masa konflik DI/TII di daerah Jawa Barat pada periode 1955 – 1962. Sebagai ranpur lapis baja, sudah barang tentu operatornya adalah Satuan Kavaleri Kodam VI Siliwangi (sekarang Kodam III). Panser Rel ini digunakan untuk mengawal kereta api dari Ciawi ke Cicalengka (PP) yang sering mendapat gangguan dan penggulingan oleh gerombolan DI/ TII.
Baca juga: Berpendingin Es Balok, Inilah Kereta Kepresidenan Soekarno
Sebagai gambaran gawatnya suasana pada saat itu, mulai dari tahun 1948 sampai 1962, Anda yang ingin berangkat dari Jakarta,harus berangkat pagi dan harus yakin bahwa sebelum jam 4 sore sudah sampai di Bandung. Dari Bandung bila ada kendaraan yang berangkat keluar kota pada waktu agak sore, di perbasan kota, tentara akan melarang Anda untuk meneruskan perjalanan karena tidak aman.
Untungnya masa penuh teror berakhir pada 1962, yakni saat Kompi C Batalion 328 Kujang II Siliwangi menyergap pimpinan DI/ TII Sekarmaji Maridjan Kartosoewirjo di Gunung Geber Majalaya di selatan Kota Bandung. Semenjak itu KA ke Bandung berangsur aman dan tidak perlu lagi dikawal oleh panser.