Pernah membayangkan berkeliling dunia tanpa menggunakan pesawat? Ternyata ini dilakukan oleh Tyral Dalizt seorang wisatawan asal Australia yang berkunjung ke 47 negara selama tiga tahun terakhir tanpa menggunaan pesawat.
Dilansir KabarPenumpang.com dari travelandleisure.com (9/8/2017), Dalitz seorang wisatawan yang awalnya bekerja di peternakan di Australia dan menyewa van untuk camping setelah lulus dari unversitas, serta menghabiskan perjalanan selama enam bulan untuk berkeliling Australia. “Saya menyadari bahwa sebagian petualangan terjadi saat Anda beralih dari titik A ke titik B, bukan dari mana Anda berakhir,” kata Dalitz.
Baca juga: Trans-Siberia, Kereta Yang Mengubah Takdir Cinta
Nyatanya hal tersebut yang membuat dirinya memutuskan berangkat sejak tahun 2014 untuk bepergian dengan kapal layar, kereta api, mobil, motor bahkan berjalan kaki. Ia mengatakan, justru bagian tersulit dari petualangannya adalah keluar dari negara asalnya, Australia.
Kemudian, dirinya mendengar dari beberapa pelancong backpacker bahwa bisa menggunakan kapal pesiar untuk menjelajah tanpa membayar dengan menjadi awak kapal atau kru dalam perjalanan kapal tersebut. Dalam melakukan perjalanannya, Dalitz menjadi petugas di bagian Find a Crew, CrewSeekers, dan Crewbay. Terakhir dirinya berhubungan dengan pasangan pensiunan untuk membantu di kapal dalam mengarungi Samudera Hindia dari Australia menuju Singapura.
“Saat Anda menumpang kapal, Anda harus berkontribusi. Jadi Anda mungkin diminta untuk bekerja secara gratis, tapi begitu Anda memasuki komunitas berlayar, Anda bisa membuka banyak pintu,” kata Dalitz.
Baca juga: Italia (1) : Menjajal Transportasi di Venesia, Tak Beda Jauh dengan TransJakarta
Kemudian, dari perjalanannya tersebut, dirinya mengikuti perjalanan yang terorganisir untuk kelompok kapal yang berlayar dengan beragam rute. Dimana dalam perjalanan tersebut, Dalitz mengunjungi Indonesia melalui Malaysia. Saat itu ada rally Sail Malaysia dan Dalitz bertemu dengan seseorang yang mengajaknya untuk naik kapal menuju Phuket. Sesampainya di Thailand, dirinya melakukan perjalanan darat menaiki kendaraan menuju Chiang Mai hingga sampai di Kamboja.
Kemudian Dalitz bertemu seorang pria lokal di perbatasan Vietnam dan Kamboja, pria tersebut menawarkan untuk mengantar Dalitz ke Vietnam dengan sebuah sepeda taksi. Perkiraan perjalanan yang ditempuh cukup jauh, bila dikukur dengan tenaga sepeda, kira-kira dibutuhkan sekitar 9000 kali genjotan.
Berada di Vietnam, dirinya kemudian membeli sebuah sepeda motor, alasannya motor dianggap murah karena bisa dijual kembali ke bengkel. Motor tersebut digunakan Dalitz untuk berkeliling menjelajahi Vietnam.
“Berada di atas sepeda masih menjadi salah satu sorotan utama bagi saya, karena ini seperti tingkat kebebasan yang lain karena Anda bisa pergi ke manapun Anda inginkan dan kapan pun, sedangkan dengan menumpang Anda harus mengandalkan untuk mendapatkan tumpangan,” katanya.
Kemudian, dirinya kembali bertualang dari Hanoi menuju Cina menggunakan kereta api. Ini adalah pengalaman pertamanya menggunakan kereta melewati negara tersebut sebelum dirinya menggunakan kereta Trans-Mongol ke Moskow, Rusia. “Kami pergi di musim semi ketika ada banyak tanaman hijau dan kami mendapatkan pemandangan hutan pinus besar dengan desa-desa yang berisi rumah kayu dan gubuk,” katanya.
Baca juga: Travel Advice, Jangan Samakan dengan Travel Warning
Sesampainya di Eropa, Dalitz menggunakan bus untuk berkeliling dan sampai ke lingkaran Kutub Utara lewat Finlandia guna melihat Aurora. Selama satu tahun di Eropa, dirinya kembali berlayar melintasi Samudera Atlantik ke Kepulauan Canary di Karibia, berlanjut ke Terusan Panama dan Hawaii sebelum pergi ke Amerika Utara tempatnya berada saat ini.
Saat Dalitz melanjutkan perjalanannya yang anti mainstream ini, Ia mengatakan bahwa Kanada kemungkinan akan menjadi negara berikutnya yang akan dikunjungi. Dia juga saat ini berpartisipasi dalam usaha pemecahan rekor lainnya, The Longest Swim, di mana dia akan mencoba berenang dari Tokyo ke San Francisco.