Dalam mewujudkan proyek Light Rail Transit (LRT), salah satu investor yang berbasis di Singapura menunjukkan minatnya untuk mendanai proyek yang akan disandingkan dengan moda transportasi berbasis massal lainnya, seperti TransJakarta, Commuter Line Jabodetabek (KRL Jabodetabek), dan Mass Rapid Transit (MRT) yang hingga kini masih dalam proses pembangunan. Pemerintah sebenarnya mengharapkan campur tangan dari investor lokal yang juga turut serta dalam pengadaan LRT ini, yaitu PT. Adhi Karya.
Baca Juga: Di Jakarta Segera Beroperasi MRT dan LRT, Tahukah Artinya?
Diketahui, perkembangan pembangunan proyek LRT Jakarta ini sudah mencapai 15 persen. Bisa dikatakan, proyek ini akan mirip dengan KRL Jabodetabek, yang menghubungkan daerah sub-urban, seperti Bogor, Depok, dan Bekasi dengan titik-titik penting di pusat kota. Bedanya, dalam jaringan LRT ini, Tangerang tidak akan dilalui oleh LRT.
Dilansir KabarPenumpang.com dari laman globalindonesianvoices.com (29/8/2017), Menteri Koordinator Kelautan, Luhut binsar Pandjaitan belum mau membuka identitas dari calon investor yang akan mendanai proyek LRT tersebut. Luhut bersama jajarannya pun mengaku tengah melakuan pengawasan terhadap beberapa kementerian, salah satunya adalah Kementerian Perhubungan.
Lebih lanjut, Luhut hanya memberikan bocoran mengenai kesediaan calon investor tersebut untuk mendanai proyek yang bernilai Rp 2 triliun tersebut. Pada awalnya, proyek ini akan didanai oleh negara. Diinfokan, pada laporan keuangan sebelumnya, jumlah dana yang harus dikeluarkan untuk menyelesaikan proyek LRT ini adalah senilai Rp 27 triliun dan uang tersebut akan masuk ke PT KAI sebagai investor proyek.
Dilansir dari sumber terpisah, Rp 27 triliun tersebut terbagi dari dua sumber, yaitu Rp 9 triliun merupakan dana negara, sedangkan Rp 18 triliun sisanya merupakan pinjaman dari bank pemerintah, seperti Bank Mandiri, Bank BNI, dan Bank BRI, serta satu perusahaan pembiayaan infrastruktur, Sarana Multi Infrastruktur.
Baca Juga: Sebagai Kota Termacet di Dunia, DKI Jakarta Raih Posisi Ketiga!
Seperti yang diketahui sebelumnya, Pemerintah Pusat dan Pemkot DKI tengah bahu membahu dalam menghadirkan salah satu moda transportasi yang diharapkan mampu menjadi solusi kemacetan di Jakarta, yaitu MRT yang dijalankan oleh PT MRTJ. Dalam pembangunan fase I MRT Jakarta yang akan menghubungkan Lebak Bulus – Bundaran HI, Direktur Utama PT MRTJ, William P. Sabandar mengaku membutuhkan dana ekstra guna menyelesaikan proyek tersebut. PT MRTJ mengajukan form kekurangan dana kepada Pemerintah sebesar Rp 2,56 triliun. Dengan begitu, total dana yang dikeluarkan untuk menyelesaikan fase I ini mencapai Rp 16 triliun.
Dengan dana super fantastis tersebut, maka tidak heran jika banyak elemen masyarakat yang mengharapkan kehadiran moda-moda transportasi baru ini dapat menjadi solusi kemacetan di Jakarta yang semakin hari semakin “memerah” ini. Pada tahun 2016 kemarin, Jakarta dinobatkan sebagai kota termacet ketiga di Dunia oleh sala satu pengembang aplikasi asal Negeri Kincir Angin, TomTom. Sungguh prestasi yang tidak membanggakan.