Keterbatasan fisik yang dialami oleh seseorang tentu bukanlah menjadi suatu penghalang baginya untuk beraktifitas normal layaknya kebanyakan orang pada umumnya, walaupun mereka yang mengalami keterbatasan fisik tersebut mesti ditunjang oleh alat bantu seperti kursi roda ataupun sebuah tongkat. Berdasarkan kesetaraan itulah yang akhirnya membuat beberapa produsen bus menyediakan akses khusus bagi para penyandang disabilitas. Namun, tidak sedikit kasus yang menunjukkan masih adanya intimidasi yang dialami oleh para penyandang disabilitas tersebut.
Baca Juga: Mei 2017, PT KCJ Tambah Portable Ramp di 74 Stasiun
Penyediaan ruang khusus bagi para penyandang disabilitas ini didukung oleh Ketua Equality and Human Rights Commission (EHRC), David Isacc. Seperti KabarPenumpang.com dari laman theguardian.com, David mengatakan perusahaan bus mesti menyediakan ruang khusus yang dapat menunjang perjalanan mereka. “Perusahaan bus memiliki tugas untuk memungkinkan pengguna kursi roda melakukan perjalanan secara normal, mengingat betapa pentingnya penyediaan ruang ini bagi orang-orang tersebut (penyandang disabiltas,” tutur David.
Pernyataan tersebut didukung oleh Chief Executive dari EHRC, Rebecca Hilsenrath. Dikutip dari sumber yang sama, ia mengatakan perusahaan bus harus menjunjung tinggi keterbatasan yang mereka idap dengan menyediakan sebuah ruang yang dikhususkan untuk pengguna kursi roda. “Kami tahu sebagian besar orang akan pindah ke kursi lain jika pengguna kursi roda membutuhkan ruang tersebut,” katanya. “Layanan bus umum digunakan oleh banyak orang untuk beragam aktifitas seperti berangkat kerja hingga bepergian ke fasilitas publik, dan dengan tidak tersedianya ruang khusus tersebut tentu akan menyusahkan para penyandang disabilitas untuk dapat bepergian menggunakan fasilitas umum tersebut,” tambah Rebecca.
Baca Juga: Teknologi Low-Floor Mudahkan Penumpang Difabel Naik Bus
Namun, fakta yang dihimpun dari lapangan menunjukkan sesuatu yang bertolak belakang dengan kebijakan penyediaan ruang khusus tersebut. Seperti kasus yang dialami oleh Kirsty Shepherd, seorang penyandang disabilitas yang seolah ditolak untuk menaiki bus oleh pengemudinya karena ruang khusus tersebut sudah terlebih dahulu diisi oleh seorang Ibu yang menggunakan kereta bayi. Kejadian tersebut terjadi ketika Kirsty hendak menggunakan bus tujuan Wakefield dan Leeds di West Yorkshire pada 23 Januari 2017 silam. Padahal, sang Ibu yang membawa kereta bayi tersebut sudah memberikan tempatnya, namun sang pengemudi tetap menolak Kirsty untuk turut serta dalam perjalanan tersebut. Kejadian ini lalu mengundang Arriva, sebuah perusahaan transportasi publik multinasional, untuk melakukan investigasi guna menuntaskan kasus berbau intimidasi tersebut.
Kasus yang hampir serupa dialami oleh Kerdesan Gallardo yang mendapat perlakuan tidak semestinya dari penumpang lain. Kerdesan yang hendak naik bus dari Shepherd’s Bush, London Barat pada bulan Januari lalu, namun ketika hendak masuk ke dalam bus, Ia dihalangi oleh penumpang lain yang mengatakan ruang khusus penyandang disabilitas sudah diisi oleh dua kereta bayi yang sudah terlebih dahulu terparkir di ruang tersebut. Padahal, kereta bayi tersebut kosong dan Kerdesan menganggap ruang khusus tersebut sudah disalahgunakan. Namun perdebatan yang sempat terekam kamera tersebut tidak berlangsung lama setelah salah satu wanita yang menghalangi jalannya tersebut mengalah dan menyuruh Kerdesan untuk segera masuk sehingga bus tersebut bisa kembali melanjutkan perjalannnya.
Hal-hal sepele seperti tidak bisa bertoleransi inilah yang akhirnya membuat beberapa golongan terpaksa melakukan suatu tindakan tegas agar dapat mengatur sesuatu yang seharusnya sudah menjadi kesadaran setiap insan. Sikap saling menghargai sesama pengguna jasa transportasi publik dinilai amat penting guna menunjang perjalanan mereka. Tidak hanya itu, mematuhi peraturan yang berlaku di dalam transportasi publik juga sangat penting, karena setiap perusahaan penyedia jasa transportasi tentu sudah mempertimbangkan secara matang mengenai hal-hal tidak terduga yang bisa saja terjadi pada moda mereka.