Tuesday, November 26, 2024
HomeDomestikSering Sakit Saat Turun Pesawat? Mungkin Ini Penyebabnya!

Sering Sakit Saat Turun Pesawat? Mungkin Ini Penyebabnya!

Bagi sebagian orang, melakukan perjalanan jarak jauh menggunakan pesawat akan berdampak pada kondisi kesehatannya yang menurun pasca Ia turun dari pesawat. Lalu, kenapa bisa terjadi seperti itu? Apakah sebelum mengudara, kondisi kesehatannya memang sedang tidak prima? Atau ada faktor lain yang melatarbelakangi fenomena ini? Walaupun sakit yang kebanyakan orang alami setelah turun dari pesawat hanyalah flu, namun fenomena ini menarik untuk dibahas.

Baca Juga: Waspada! Inilah Lokasi Favorit Bakteri di Dalam Kabin Pesawat

Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman stuff.co.nz (5/10/2017, hipotesa yang paling mudah dicerna terkait pertanyaan di atas adalah karena kita selama penerbangan berada di dalam satu ruang sempit bersama ratusan orang lainnya selama berjam-jam, dan memungkinkan kuman berkembang biak dengan sangat cepat.

Namun pernyataan tersebut langsung dibantah oleh pihak International Air Transport Association (IATA) yang menyebutkan bahwa filter HEPA yang berada di dalam kabin dapat menyingkirkan 99.9995 persen kuman dan mikroba di udara. Ditambah lagi, udara yang ada kabin hanyalah setengah sirkulasi udara. Setengah lainnya adalah udara segar yang dipompa dari luar.

Dengan adanya filter udara yang berada di kabin, bukan berarti udara di dalam kabin tidak bisa menularkan Anda penyakit. Jika Anda duduk bersebelahan dengan orang yang sedang terkena flu, maka kemungkinan besar Anda juga akan tertular.

seat-back tray. Sumber: cntraveler.com

Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Travelmath, seat-back tray tables merupakan sarang dari bakteri. Dalam studi tersebut, para peneliti menemukan rata-rata 155 Colony-Forming Units (CFU) per inci persegi. Angka tersebut jauh di bawah tombol flush toilet yang mencapai 265 CFU per inci persegi, dan tentu saja nilai tersebut mengindikasikan bahwa spot tersebut jauh dari kata bersih.

“Salah satu tempat di pesawat terbang yang merupakan tempat berkembang biaknya bakteri E.coli,” ungkap Drexel Medicine, sebuah otoritas yang berafiliasi dengan Philadelphia’s Drexel University College of Medicine. Sebenarnya, para ahli kesehatan menyarankan untuk memasang pamphlet berisikan himbauan untuk tidak menyentuh apapun selama berada di WC, dan menganjurkan untuk menggunakan kertas tissue saat hendak menutup kran dan menekan tombol flush.

seat-back pockets. Sumber: southwestaircommunity.com

Tidak hanya di seat-back tray tables, bakteri dan kuman juga disinyalir kerap kali menjadikan seat-back pockets sebagai sarang mereka. Statemen tersebut didukung oleh sebuah studi yang dilakukan oleh Auburn University yang menemukan bahwa bakteri dapat bertahan di seat-back pockets hingga seminggu.

Terlepas dari masalah bakteri dan kuman yang bersemayam di kabin pesawat, faktor penyesuaian tubuh dengan lingkungan baru pun memegang peranan aktif dalam kasus penumpang yang sakit setelah turun dari pesawat ini. “Permasalah yang paling mendasar dari jet lag adalah terganggunya sistem tubuh yang disebabkan oleh perbedaan waktu,” ungkap salah satu Profesor dari University of Sydney, Steve Simpson.

Baca Juga: Ini Yang Harus Dilakukan Kala Sakit Punggung Mendera di Perjalanan Jarak Jauh

Tubuh membutuhkan waktu setidaknya 24 jam untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya, didukung oleh beberapa isyarat, seperti cahaya matahari, suhu, dan makanan yang masuk. Jadi, sudah jelas bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi kondisi tubuh setibanya kita dari perjalanan jauh.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru