Sebelum masuknya era pesawat berbadan sedang Boeing 737 di Indonesia, pelayanan penerbangan jet komersial domestik jarak pendek di Tanah Air dominan dilakukan oleh DC-9 (Douglas DC-9) produksi McDonnell Douglas. Maskapai pengguna DC-9 tak lain adalah Garuda Indonesia, saat masa jaya DC-9 memang belum tumbuh layanan penerbangan jet komersial swasta seperti saat ini. Debut pesawat ini pun sempat melejit di kalangan warga, lantaran menjadi pesawat pertama dari Indonesia yang dibajak di luar negeri dalam peristiwa “Woyla”di tahun 1981.
Baca juga: ATR-72 600, Pesawat Tercanggih Untuk Penerbangan Perintis Nasional
Selain ditangan Garuda Indonesia, beberapa unit DC-9 kemudian dilungsurkan kepada maskapai Merpati Nusantara Airlines. Karena sudah tergolong tua, DC-9 yang berjaya di era 80-an kini tak lagi terbang, secara bertahap Garuda Indonesia memensiunkan pesawat ini saat memasuki dekade 2000-an. Karena populernya DC-9, mendorong pihak manufaktur merilis versi baru dari DC-9, yang kemudian diberi label MD-82, yang salah satunya dulu sempat dioperasikan maskapai Bouraq Airlines. Dikenal banyak menghubungkan kota-kota besar di Indonesia, populasi DC-9 yang dimiliki Garuda Indonesia disebut berjumlah 25 unit (planespotters.net)
Dirunut dari sejarahnya, McDonnell Douglas meluncurkan proyek pengembangan DC-9 pada bulan April 1963, yang mengarahkan DC-9 sebagai pesawat jarak pendek untuk menjadi pendamping DC-8, pesawat empat mesin yang lebih besar. Tidak seperti pesaingnya, Boeing 727, yang menggunakan banyak komponen dari Boeing 707, DC-9 merupakan desain baru, menggunakan dua mesin turbofan Pratt & Whitney JT8D di fuselage belakang dan menjadi pesawa ekor T yang kecil dengan sayap efisien. Dalam konfigurasi yang umum digunakan, keluarga DC-9 lebih sering menggulakan susunan kursi 5 kolom daripada susunan 6 kolom yang biasa digunakan pesawat lain.
Baca juga: Seragam Pramugari Garuda, Beda Warna, Beda Pula Arti dan Jabatannya
Prototipe dari DC-9 terbang pada bulan Februari 1965 digunakan pertamakali oleh Delta Air Lines pada tahun yang sama. Pesawat ini merupakan pesawat kelas menengah yang sukses dibagun sebanyak 976 pesawat hingga produksinya diakhiri pada tahun 1982. Pada tahun 1980 diperkenalkan seri MD-80 (DC-9-80) yang merupakan DC-9-50 yang diperpanjang dengan maximum take-off weight (MTOW) yang lebih besar dan kemampuan membawa bahan bakar lebih banyak. Seri MD-80 dikembangkan menjadi seri MD-90 yang dikembangkan pada awal 1990. Keluarga DC-9 merupakan salah satu pesawat yang berumur panjang dalam sejarah operasionalnya. Dengan total penjualan lebih dari 2.400 unit, keluarga DC-9 menjadi salah satu pesawat paling sukses, pada rangking ketiga setelah Airbus A320 (lebih dari 3.700 unit), dan Boeing 737 (lebih dari 6.000).
Meski debut DC-9 tinggal sejarah dalam dunia penerbangan, Anda masih bisa menjumpai DC-9 yang dijadikan koleksi di Museum Transportasi Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Di pesawat yang disebut sebagai DC-9-32 PK-GNT, pengunjung dapat melihat langsung interior kabin dan kokpit DC-9. DC-9 memang tinggal kenangan, tapi identitas pesawat ini tak mudah untuk dilupakan, terlebih dengan keberadaan pintu dibawah ekor dan sunroof yang terdapat di bagian kokpit.