Demi menyediakan layanan terbaiknya pada bulan April 2019 mendatang, PT MRT Jakarta (PT MRTJ) kini tengah disibukkan dengan memberikan pelatihan kepada sejumlah tenaga kerjanya, bahkan diantara mereka ada yang sampai dikirimkan ke luar negeri demi mendapatkan pengalaman bekerja yang relevan dengan teknologi yang digunakan oleh PT MRTJ sendiri.
Baca Juga: MRT Jakarta Adopsi Teknologi CBTC, MRT di Jepang Justru Belum
Selain itu, perusahaan yang akan menghadirkan sistem Metro pertama di Indonesia ini pun baru saja menandatangani kontrak kerja sama dengan ‘saudara tua’, PT KAI. “Tanggal 11 Mei kemarin, kami telah bekerja sama dengan PT KAI dalam rangka knowledge sharing,” tutur Agung Wicaksono selaku Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRTJ, ditemui KabarPenumpang.com, Rabu (30/5/2018) dalam acara Forum Jurnalis MRT Jakarta.
Tidak hanya itu, Agung pun menambahkan bahwa PT MRTJ sendiri telah melakukan Ridership Survey via online yang ditujukan agar perusahaan mengetahui seberapa besar minat masyarakat Ibukota akan moda yang menggunakan sistem persinyalan canggih, Communication Based Train Control (CBTC) ini.
“Kami telah melakukan survey secara online, dan hasilnya sangat memuaskan. Sebanyak 65,5 persen dari 10.073 responden bersedia untuk beralih menggunakan MRT,” terang salah satu mantan pejabat di Kementerian ESDM era Sudirman Said ini. Jumlah responden tersebut pun mewakili sejumlah moda transportasi, seperti mobil dan motor pribadi, Bus TransJakarta, Commuter Line Jabodetabek, hingga layanan ride-sharing seperti Gojek dan Grab.
Nah, menyinggung soal layanan ride-sharing tersebut, dewasa ini keberadaannya sudah menjamur dan kerap kali menjadikan stasiun sebagai tempat mereka menjaring penumpang. Alhasil, lingkungan di sekitar stasiun menjadi semakin crowded akibat puluhan hingga ratusan ojek online yang seolah mengindahkan marka jalan dilarang parkir yang terpasang di sekitar stasiun tersebut.
Menanggapi kemungkinan hal yang sama terjadi pada stasiun MRTJ kelak, Direktur Utama PT MRTJ William Sabandar mengatakan pihaknya masih melakukan sejumlah langkah agar kejadian yang sama tidak terjadi pada stasiun MRTJ kelak.
“Kami masih melakukan sejumlah analisis lingkungan, mempertimbangkan konsep pembangunan spot drop off, park and ride, hingga melakukan kerja sama dengan sejumlah operator transportasi,” ujar William pada kesempatan yang sama. “Singkatnya, kami akan memastikan agar ketika MRTJ beroperasi nanti, lingkungan sekitar stasiun tetap kondusif,” tutupnya.
Baca Juga: Anies: Bukan Sekedar Alat Transportasi, MRT Juga Pembentuk “Budaya” Baru di Jakarta
Sebagai informasi tambahan, hingga saat ini adapun progres konstruksi per tanggal 25 Mei 2018 sudah mencapai angka 94,19 persen, dengan rincian Stasiun Lebak Bulus (elevated section) 91,82 persen, dan Stasiun Senayan (underground section) 96,59 persen.
William pun sempat membocorkan rencana uji coba Train set pertama pada bulan Juni mendatang, disusul dengan train set kedua pada bulan Juli. Kedua uji coba ini nantinya akan bertempat di Depo Lebak Bulus. Sedangkan pada Agustus dan November mendatang, PT MRTJ sedianya akan melakukan uji coba kedua train set tersebut di Mainline Fase 1 Lebak Bulus – Bunderan HI.