Teknologi bus telah behasil ditransformasikan cukup jauh, sebagai bukti, dari aspek navigasi dan kendali sudah ada bus otonom yang mengkombinasikan fitur mobile broadband, sementara dari aspek kenyamanan kita mengenal bus high deck sampai sleeper bus untuk perjalanan jarak jauh. Namun bagaimana dengan aspek keamanan pada bus?
Baca juga: Catalyst E2, Bus Otonom Mampu Berjalan 966 Km Dalam Sekali Charge
Bus dengan tampilan body menarik dari karoseri yang terkesan baru, faktanya belum menjadi jaminan bahwa bus tersebut sudah memenuhi aspek keamanan pada sistemnya. Dirangkum KabarPenumpang.com dari technologyreview.com, pada dasarnya ada sistem keselamatan yang menjadi kunci pada sebuah bus. Dan berikut ada sepuluh sistem keselamatan bus yang yang berlaku di Indonesia dan dunia internasional, serta sudah mengikuti aturan pemerintah terkait standar body builder yang ditetapkan pihak manufaktur kendaraan.
1. Antilock Brake System (ABS)
ABS meerupakan teknologi keselamatan yang disematkan pada sistem pengereman kendaraan. Ini dimana saat kendaraan saat melakukan pengereman mendadak, tidak terjadi penguncian roda dan kendaraan lebih aman.
Baca juga: Olympic Park Montreal Kanada Mulai Uji Coba Bus Tanpa Awak
2. Electronic Braking System (EBS)
Sistem ini merupakan pengereman elektronik yang bisa bekerjasama dengan ABS. nantinya EBS bekerja untuk mengontrol setiap tekanan yang bervariasi dan akan di distribusikan ke masing-masing roda tergantung kondisi jalan, kecepatan, muatan dan lainnya. EBS juga mampu merespon dengan cepat jika terjadi pengereman tiba-tiba. Biasanya EBS akan bekerja dengan meneruskan tekanan pedal rem secara elektronik untuk membantu tarikan rem sehingga bisa menghemat bahan bakar.
3. Electronic Stability Control (ESC)
ESC merupakan teknologi komputerisasi keselamatan untuk meningkatkan stabilitas kendaraan dengan mendeteksi hilangnya kontrol kemudi dan otomatis ESC akan mengatur rem untuk membantu mengarahkan kendaraan ketika pengemudi lepas kendali. Pengereman secara otomatis akan diterapkan untuk tiap masing-masing roda, seperti roda depan akan dikontrol untuk melawan oversteer atau roda belakang akan dikontrol untuk melawan understeer. Beberapa sistem ESC juga akan mengurangi tenaga mesin ketika kendaraan lepas kendali hingga posisi stabil maka tenaga mesin akan kembali seperti semula.
4. Adaptive Cruise Control (ACC)
ACC bisa juga disebut dengan autonomous cruise control atau radar cruise control merupakan sebuah alat yang berfungsi mengatur kecepatan kendaraan secara otomatis ketika posisi terlalu dekat dengan kendaraan di depannya. ACC sendiri akan menjadi kunci komponen teknologi kendaraan masa depan atau smart vehicles.
Baca juga: Airavat, Bus AKAP dengan Fasilitas Mini Bar dan Toilet Kering
5. Electronic Stability Programme (ESP)
ESP sistem yang mampu mengontrol daya pengereman masing-masing roda untuk mencegah slip secara selektif. Dalam waktu bersamaan juga tenaga mesin dikurangi apalagi saat kondisi berbelok atau berpindah jalur dimana kecepatan bus melebihi batas aman. ESP ini akan bekerja secara otomatis sampai kondisi kembali stabil dan aman.
6. Active Brake Assist (ABA)
Juga di kenal dengan Emergency Brake Assist. Ketika sensor ACC mendeteksi akan terjadi bahaya tabrakan, maka sistem akan mengaktifkan multi level alarm. Apabila tidak ada reaksi dari pengemudi maka sistem akan mengaktifkan rem darurat. Dengan cara ini ABA mencegah kecelakaan.
7. Anti-Slip Regulation (ASR)
ASR mencegah gejala slip ketika bus berjalan di permukaan jalan yang licin. Sistem ini menyalurkan tenaga hanya sebatas yang dibutuhkan untuk melaju dan tidak lebih sehingga tenaga yang sampai ke roda bisa tersalurkan maksimal.
8. Brake assist (BA)
Dalam situasi darurat, kadang orang bereaksi terlalu cepat tetapi tidak melakukan pengereman yang cukup. Elektronik BA mampu mendeteksi situasi pengereman darurat dan secara otomatis memerintahkan untuk melakukan pengereman maksimal dalam waktu sepersekian detik. Dengan demikian jarak pengereman bus bisa lebih pendek dan dalam beberapa kasus kecelakaan bisa di hindari.
Baca juga: Tata Motors Luncurkan Bus Bertransmisi Ganda
9. Continuous braking limiter (CBL)
CBL memastikan bus menjaga kecepatan yang stabil. Biasanya kecepatan bus di batasi (di Eropa maksimal 100 kpj) secara hukum. Dalam kondisi jalan menurun yang panjang, secara tidak sadar driver melebihi batas kecepatan yang ditetapkan apabila tidak mampu mengontrol pengereman.
10. Lane Departure Warning System (LDWS)
Sistem keselamatan bus selanjutnya adalah Lane Departure Warning System adalah sebuah alat berupa kamera yang diletakkan di bagian depan atau bisa juga di spion bus yang berfungsi untuk mendeteksi garis marka jalan. Teknologi komputasi ini akan mendeteksi ketika bus mulai keluar dari jalurnya dan sistem ini akan memberikan peringatan bisa berupa suara atau tanda di bagian panel dashboard. Sehingga ketika pengemudi mulai ngantuk atau mabuk kendaraan akan melaju keluar jalur dan sebelum ini terjadi sistem akan memperingatkan pengemudi bus tersebut diharapkan dapat segera mengemudikan kendaraan ke jalur yang benar.