Ketika pengerjaan Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta menggunakan empat buah Tunnel Boring Machines (TBM) mesin bor raksasa yang bernama Mustikabumi, Mustikabumi II, Antareja, dan Antareja II yang digunakan untuk “melubangi” bagian bawah tanah sebagai penunjang pra-sarana dari pengadaan kereta bawah tanah tersebut, lain ceritanya dengan Bertha, sebuah mesin bor raksasa yang dikenal sebagai mesin bor terbesar yang ada di dunia.
Baca juga: Proyek MRT – Bor Mustikabumi Telah Tiba di Stasiun Setiabudi
Layaknya sebuah mesin bor pada umumnya, Bertha memiliki sebuah mata bor yang menyesuaikan dengan ukuran dari mesin penggeraknya itu sendiri. Dengan berat mata bor mencapai 2000 ton dan dilapisi oleh 260 gerigi yang teruat dari baja, Bertha dirancang untuk memecah tanah lunak dan menyalurkannya melalui celah di dalam pemotong, atau menggiling batu-batu besar. Untuk menggerakkan bor raksasa ini, daya listrik yang dibutuhkan adalah sekitar 18.600kW.
Dalam melakukan pengeboran, keberadaan air memegang peranan penting. Apabila kadar airnya cukup, maka mesin dapat menggali tanah lebih mudah. Sedangkan jika kadar airnya berlebih, maka tanah yang sudah masuk ke dalam pipa pembuangan akan berubah menjadi lumpur dan dikhawatirkan akan mengendap di saluran pembuangan.
Nama Bertha sendiri diadopsi dari nama walikota perempuan pertama di Seattle, Bertha Knight Landes. Mesin bor raksasa yang memilki panjang 100 meter dan berat hampir 7000 ton ini dibuat oleh Hitachi Zosen Works Sakai di Osaka, Jepang yang diperuntukkan khusus untuk Washington State Department of Transportation’s (WSDOT). Walaupun mesin bor raksasa ini buatan Jepang, namun proses perakitan dilakukan di Seattle dan rampung pada Juni 2013 setelah memakan waktu pembuatan kurang lebih selama dua tahun. Sebulan berselang, Bertha mulai melakukan penggalian pertamanya dalam proyek Alaskan Way Viaduct.
Alaskan Way Viaduct merupakan sebuah proyek pengadaan jalan bebas hambatan bawah tanah yang menghubungkan SoDo di Seattle dengan South Lake Union di sebelah utara. Nantinya, jalur dua tingkat di bawah tanah ini memuat State Route 99 atau yang lebih dikenal sebagai Pacific Highway. Uniknya, Pengeboran dimulai pada 30 Juli 2013, dengan mesin awalnya dijadwalkan untuk menyelesaikan terowongan pada bulan Desember 2015.
Namun, perjalanan Bertha tidak selalu semulus, terbukti pada saat melakukan pengeboran pada proyek Alaskan Way Viaduct, para petugas yang mengendalikan Bertha menemukan adanya peningkatan temperatur yang mengakibatkan mesin tersebut rusak setelah mencapai kedalaman 1000 kaki atau setara dengan 304,8 m. Akibatnya, pengeboran tersebut sempat tertunda akibat Bertha yang menyangkut di bawah kota Seattle. Selang dua tahun setelahnya, tepatnya pada 30 Maret 2015, para pekerja berhasil mengeluarkan mesin bor raksasa tersebut dari dalam perut bumi.
Setelah kejadian tersebut, Bertha mengalami perbaikan atas kerusakan yang dialaminya, dan kembali melanjutkan pengeboran pada Januari 2016. Namun, pekerjaan Bertha kembali mengalami penundaan karena tongkang yang ditambatkan di dermaga Elliott Bay rusak dan lubang pembuangan dibuka di dekat lokasi proyek. Tidak hanya sampai di situ, Bertha kembali mengalami banyak kendala hiingga akhirnya pengeboran tersebut rampung pada 4 April 2017 kemarin.
Walaupun ukuran dari Bertha yang bisa dibilang sangat besar, namun mesin bor ini dikendalikan oleh 25 orang saja dan terkendali dari satu ruang kontrol yang berada di dalamnya. Karena besarnya alat ini, kecepatan yng dapat ditempuh oleh Bertha hanyalah 12 meter/hari, jadi bukanlah menjadi sebuah fakta yang mencengangkan ketika mesin bor raksasa ini membutuhkan tenaga lebih dari 25 ribu horse power.