Bagi Garuda Indonesia, bukan perkara mudah untuk menerbangkan 110 ribu jamaah Haji, apalagi diantara ratusan ribu jamaah tersebut berasal dari latar belakang dan suku yang berbeda-beda. Salah satu tantangan yang dihadapi pihak maskapai adalah mempersiapkan awak kabin (pramugari dan pramugara) yang tepat.
Baca juga: Seragam Pramugari Garuda, Beda Warna, Beda Pula Arti dan Jabatannya
Jika dibandingkan dengan melayani penerbangan reguler, membawa penumpang jamaah Haji jelas perlu persiapan khusus, diantaranya mempersiapkan awak kabin yang mengerti bahasa daerah (bahasa lokal) dari daerah embarkasi. Maklum sampai saat ini, masih ada jamaah Haji usia lanjut yang tidak bisa berbahasa Indonesia. Untuk itu sentuhan kedaerahan sangat penting dipersiapkan sedari awal.
Tak hanya soal penguasaan bahasa lokal, pihak Garuda Indonesia juga harus memilah setup crew berdasarkan usia calon jamaah Haji. Bila dalam satu kloter banyak jamaah yang berusia lanjut dan berpotensi mengalami sakit, maka yang dipersiapkan adalah awak kabin yang punya stamina ekstra.
Kepada KabarPenumpang.com, Senior Manager Public Relation Garuda Indonesia, Ikhsan Rosan mengatakan, pemilihan pramugari untuk Haji sengaja dilakukan orang daerah agar memudahkan dalam membantu penumpang yang tak mengerti bahasa Indonesia dan memberikan kenyamanan karena ada orang (pramugari-red) yang berasal dari daerah mereka.
Ikhsan menuturkan, para awak kabin ini diberikan pendidikan khusus seperti membantu penumpang asal daerah menggunakan toilet. Menurutnya, ini memang hal sepele bagi penumpang biasa, tetapi untuk penumpang yang berasal dari kampung atau pelosok hal tersebut bukanlah hal biasa, apalagi mereka baru pertama kali menaiki pesawat.
“Awak kabin kami ini sengaja dipilih orang daerah masing-masing, bukan hanya bisa berbahasa tetapi asli daerah sana seperti Makasar, Medan, Padang atau lainnya. Mereka bisa memiliki kedekatan khusus, karena penumpang dari daerah ini unik, kadang ada yang tidak mau minum karena takut buang air atau hal lainnya. Maka awak kabin yang berasal dari daerah bisa membantu sekaligus membujuk agar penumpang tidak dehidrasi dan tidak takut saat menggunakan toilet atau meminta bantuan pada awak kabin kami,” ujar Ikhsan yang ditemui KabarPenumpang.com di kantornya (17/10/2017).
Dia juga menambahkan, tak hanya awak kabin, para jemaah Haji juga diberikan edukasi dalam penggunaan toilet atau apapun yang ada di pesawat. Biasanya edukasi ini diberikan saat di asrama haji sebelum embarkasi dilakukan.
Baca juga: Sesama Anggota SkyTeam, Vietnam Airlines dan Garuda Indonesia Sepakati Codeshare dan MRO
Dengan adanya penjelasan ini, ternyata tak hanya pada penerbangan Haji saja, tahukah Anda bahwa hampir semua awak kabin maskapai Garuda Indonesia baik internasional biasasa maupun domestik adalah orang asli Indonesia. Ikhsan menuturkan, pemilihan awak kabin bukanlah dari etnis atau apapun, sebab Indonesia memiliki suku bangsa dengan etnis dan suku yang berbeda-beda.
Sehingga setiap awak kabin baik perempuan maupun laki-laki tak masalah dari etnis atau suku apapun. “Indonesia sama dengan beberapa negara lainnya seperti India yang punya banyak suku bangsa, makanya lebih lebih banyak terlihat asli Indonesia bukan dari luar. Kita dulu punya putri Papua yang menjadi awak kabin, dia rambutnya keriting dan kulitnya hitam, ini justru yang membuat unik dan bangga dengan identitas Indonesia,” jelas Ikhsan.