Bandung merupakan destinasi akhir minggu yang banyak digandrungi oleh warga Ibukota. Namun karena terhalang macet yang terus ‘memerahkan’ tol Cikampek, warga Ibukota banyak yang enggan menggunakan kendaraan pribadi untuk menyambangi Tanah Priangan. Tak ayal, kereta api menjadi opsi utama warga Ibukota yang hendak cari angin tersebut.
Baca Juga: Nasi Goreng Parahyangan: Racikan Sederhana yang Digandrungi Penumpang ‘Gopar’
Harga tiket yang cukup terjangkau (berkisar antara Rp90.000 untuk kelas economy hingga Rp290.000 untuk kelas executive priority), dan estimasi perjalanan yang bisa dibilang hampir selalu tepat waktu menjadi daya tarik tersendiri bagi para penumpangnya. Namun selain dua poin tersebut, satu hal lain yang kerap terlupakan dari perjalanan dengan menggunakan Kereta Api Argo Parahyangan ini – ya! Spot-spot yang akan memanjakan mata dan mengundang decak kagum.
Sejarah Singkat
Sebelum membahas lebih lanjut, sebenarnya KA Argo Parahyangan atau yang akrab dipanggil Gopar ini merupakan gabungan dari nama KA Argo Gede dan KA Parahyangan. Kendati menyandang nama “Argo”, kereta ini justru merupakan kereta api kelas campuran, tidak sepenuhnya eksekutif sebagaimana seharusnya kereta api lainnya yang juga bernama “Argo”.
Baik KA Argo Gede maupun KA Parahyangan dulunya sama-sama melayani rute Bandung – Jakarta PP. KA Argo Gede beroperasi di rentang tahun 1995 sampai 2010, sedangkan KA Parahyangan beroperasi sejak 1971 hingga 2010. KA Argo Parahyangan sendiri mulai beroperasi pada tanggal 27 April 2010 silam. KA Argo Parahyangan merupakan hasil respons PT KAI atas kekecewaan masyarakat karena dihentikannya pengoperasian KA Parahyangan.
Stasiun Purwakarta
Sejauh mata memandang, ada banyak hal menarik yang dapat Anda saksikan ketika naik KA Argo Parahyangan. Selain hadirnya Nasi Goreng Parahyangan yang sudah kadung melegenda, sejumlah spot memanjakan mata juga tersaji ketika Anda menjadi penumpang KA Gopar ini.
Dimulai dari kuburan kereta yang ada di Stasiun Purwakarta. Setibanya Anda di Purwakarta, Anda akan melihat tumpukan gerbong kereta tepat di sebelah kanan kiri arah datangnya kereta (jika dari Jakarta). Selain itu, Eksistensi dari rumah tua yang tidak terurus dan pohon beringin yang besar nan menjuntai semakin menambah kesan mistis pada area tersebut.
Konon katanya, gerbong kereta bekas tragedi Bintaro juga ada di sini lho, hiiii!
Terowongan Aktif Terpanjang
Jika dari dalam gerbong sudah mulai tercium bau asap, maka itu tandanya KA Gopar tengah melintasi Terowongan Sasaksaat! Terowongan yang terletak di antara Stasiun Sasaksaat dan Stasiun Maswati ini dibangun pada rentang tahun 1902 sampai 1903 dengan panjang 949m. Jadi, jangan kaget kalau tiba-tiba pandangan Anda gelap selama beberapa saat, ya!
Baca Juga: Cisomang, Serba-Serbi Jembatan Kereta Tertinggi di Indonesia
Jembatan Cisomang
Jembatan kereta api tertinggi yang masih aktif di Indonesia ini merupakan salah satu spot unik yang bisa Anda temui di perjalanan Jakarta – Bandung. Dengan pemandangan jalan tol Cipularang, Anda bisa melihat lukisan sang Maha Kuasa yang terlindung di balik kaca kereta.