Setelah tertatih-tatih di bawah kepemimpinan Perdana Menteri (PM) Israel Naftali Bennett dan semakin suram di bawah PM Yair Lapid, Wing of Zion, proyek pesawat Air Force One Israel kembali dilanjutkan di bawah pimpinan PM Benjamin Netanyahu. Pada 30 Januari lalu, pesawat berbasis Boeing 767-300ER itu sukses melakukan uji terbang lanjutan.
Baca juga: Inilah Air Sinai, Maskapai ‘Hantu’ yang Hubungkan Israel dan Mesir!
Proyek senilai US$241 juta yang dijuluki Wing of Zion itu didasari atas mahalnya biaya kunjungan luar negeri kepala negara, dalam hal ini PM dan Presiden Israel.
Meski kunjungan luar negeri kedua pemimpin Israel itu tidak terlalu banyak atau sebanyak negara besar dan berpengaruh, sekitar 10 kunjungan per tahun, tetapi, PM Israel terdahulu yang saat ini kembali menduduki kursi tersebut, Benjamin Netanyahu, menganggap penting keberadaan pesawat kenegaraan semisal Air Force One. Gagasan ini sudah muncul sejak tahun 2013 silam.
Selama bertahun-tahun, prosesnya terus mandek, baik di tingkat pemerintahan karena perbedaan pandangan antar pemimpin tinggi negara maupun protes keras dari masyarakat karena dianggap membuang-buang anggaran.
Pada tahun 2019, Israel, di bawah pimpinan PM Benjamin Netanyahu, membeli pesawat Boeing 767-300ER bekas pakai Australian Airlines dan Qantas. Pesawat berusia 20 tahun itu sukses melakukan uji terbang perdana pada 3 Novemver 2019.
Setelah Israel berganti kepemimpinan dan posisi PM jatuh ke tangan Naftali Bennett, masa depan pesawat kenegaraan Israel Wing of Zion menjadi suram. Di bawah PM baru Yair Lapid, pesawat itu bahkan sempat ingin dijual tanpa ada pemimpin dari koalisi pemerintahan yang menolaknya.
Di tahun 2022, koalisi pemerintahan bubar dan Israel melakukan pemilihan PM baru sampai akhirnya Benjamin Netanyahu sukses kembali menjabat.
Sebagai pihak yang menggagas adanya pesawat kenegaraan, ia langsung tancap gas melanjutkan proyek Wing of Zion. Terbaru, pada 30 Januari 2023 lalu, seperti dikutip dari Times of Israel, peawat Air Force One Israel itu sukses lepas landas dari pangkalan angkatan udara Nevatim di selatan.
Pesawat kemudian melakukan sejumlah manuver udara, dan mendarat di Bandara Ben Gurion. Setelah menghabiskan beberapa waktu di sana untuk pemeriksaan lebih lanjut, pesawat diterbangkan kembali ke Nevatim. Belum jelas apakah Wing of Zion pesawat kenegaraan Israel itu siap menerbangkan PM dan Presiden Israel atau tidak.
Baca juga: Bukan Cuma Bisa Mengecam, Indonesia Pernah Larang Pesawat PM Israel Lintasi Ruang Udara Indonesia
Wing of Zion diketahui memiliki banyak fitur canggih selama dimodifikasi manufaktur dalam negeri Israel, mulai dari kantor pribadi PM, kamar tidur, kaman mandi dengan shower, kitchen set, ruang meeting, bahkan ada ‘ruang perang’.
Sayangnya, tak ada detail lebih lanjut apa yang dimaksud dengan ‘ruang perang’ tersebut. Demikian juga dengan kapasitas penumpang. Sebelumnya pesawat Wing of Zion diajukan mampu mengakut 100-120 orang. Tetapi itu dikritik habis oleh Pengawas Keuangan Negara yang menganggap rata-rata penerbangan PM hanya berisi 61 orang.