Sebuah self-driving project milik Google, Waymo tengah dibuat kebingungan dengan respon pasar yang seolah meragukan kinerja dari mobil nirawak. Selama bertahun-tahun, para teknisi dari Google berupaya untuk memantapkan kreasi mereka agar mobil tersebut dapat melaju dengan aman di jalanan, guna tercapainya tujuan: membuat warga sipil nyaman dikemudikan oleh sebuah mesin. Tentu saja ini merupakan sebuah pekerjaan yang patut digarisbawahi, mengingat sebuah mobil otonom, Tesla Model S menghilangkan nyawa pemiliknya setelah menabrak truk trailer.
Bulan Mei ini, Waymo, akan memulai sebuah layanan eksperimental gratis yang akan mengangkut orang-orang di sekitar Phoenix, Arizona. Sebagai persiapan, Waymo telah menambahkan rangkaian desain perangkat keras dan interior baru ke mobilnya. Rangkaian tersebut merupakan yang pertama kali dipasang pada kendaraan tersebut, yang memungkinkan kendaraan nirawak tersebut dapat menganalisis sekitarnya dengan lebih baik dan dapat mengirimkan informasi kepada pengumpangnya. Seperti yang KabarPenumpang.com lansir dari laman bloomberg.com, Selasa (16/5/2017),Kepala teknisi proyek tersebut, Dmitri Dolgov mengatakan upgrade tersebut akan sedikit meminimalisir kekhawatiran penumpang.
Uji coba ini akan diawasi ketat oleh industri teknologi dan otomotif; Sebuah pengalaman pahit ketika sebuah mobil otonom yang tengah dikembangkan sudah memakan korban, sehingga membuat semua orang bertanya-tanya mengenai kendaraan tersebut. “Mereka tidak percaya bahwa teknologinya akan bekerja seratus persen,” tukas Kathy Rizk, direktur Global Automotive Consulting di JD Power. Ia telah melakukan survei yang menunjukkan bahwa sementara konsumen sangat antusias dengan mobil tanpa sopir, namun antusias mereka tetap tebentur oleh tembok kekhawatiran. “Bagaimana Anda menaruh kepercayaan pada sesuatu yang akan mengambil alih seluruh kendaraan?” tambahnya.
Baca Juga: Ketika Dunia transportasi “Teracuni” Perkembangan Jaman
Pada awalnya, Waymo merencanakan untuk mempelajari interaksi robot manusia dengan mobil konsepnya sendiri, yaitu sebuah mobil berbentuk bulat yang dapat melaju dengan kecepatan 25 mil per jam dan tidak memiliki setir hingga pedal. Tapi regulator California bersikeras bahwa kendaraan uji harus mencakup kontrol sehingga manusia bisa mengambil alih. Sejak itu, Waymo memutuskan untuk bekerja sama dengan Fiat Chrysler untuk menggunakan Pacific Minivan.
Waymo yakin regulator pada akhirnya akan mengoperasikan mobil otonom tanpa ada sarana penunjang bagi manusia untuk mengambil alih kemudi. Berangkat dari situ, diperlukan sebuah alat khusus untuk memberi tahu penumpang apa yang terjadi dan dapat menjelaskan alasannya. “Bagaimana orang mengendalikan mobil? Bagaimana mereka memberi tahu mobil di mana mereka ingin pergi?” Tanya Dolgov secara retoris.
Sebuah dashboard khusus menampilkan gambaran mobil, pejalan kaki dan bangunan terdekat, yang menjadi sebuah upaya untuk memberi kepercayaan kepada orang bahwa mobil tersebut kompeten, layak pakai, dan terkendali secara baik. Dolgov mengatakan untuk tidak khawatir, karena sistem melihat dan mengerti yang mana yang patut untuk dilacak.
Baca Juga: EMBATT, Baterai Mobil Yang Dapat Menempuh Jarak 1000 Km
Awal tahun ini, Waymo meluncurkan rangkaian baru berupa sensor dan chip yang memungkinkan mobil otonom melihat wilayah sekitar dengan sudut pandang 360 derajat. Penggunaan kamera yang lebih baru membantu mobil menavigasi dalam kondisi hujan dengan lebih baik, ditambah dengan adanya wiper kecil yang ditambahkan ke lidar berputar di atas atap, dapat membantu mengurangi masalah rutin yang sulit dikendalikan, yaitu kotoran burung. Dolgov mengatakan, sensor baru sekarang dapat melihat kendaraan dan benda lain dari kejauah sekitar 200 yard.
Di antara semua tantangan yang tersaji, salah satu situasi tidak biasa yang harus dihadapi oleh teknologi adalah mengantisipasi tindakan pengemudi manusia yang terkadang tidak dapat diprediksi. Dan hingga kini, pihak Waymo masih berusaha untuk mengembangkan teknologinya agar dapat menguasai kejadian tak terduga tersebut.