Hampir seluruh negara memberlakukan pembatasan perjalanan atau penerbangan. Dalam kondisi tersebut, hanya penerbangan penting saja, seperti kargo, logistik, penerbangan repatriasi, petinggi negara, dan kebutuhan medis saja yang diizinkan terbang.
Baca juga: Boeing Atau Airbus? Simak Penjelasan Ini Dulu Sebelum Berikan Penilaian
Dalam kondisi tersebut, pengiriman pesawat sempat terkendala, tak terkecuali dengan Airbus, sebelum akhirnya produsen pesawat asal Eropa tersebut menerpakan skema pengiriman e-Delivery. Skema tersebut dasar pijakannya adalah protokol kesehatan, seperti kebijakan karantina wilayah dan physical distancing. Dengan begitu, proses pengiriman pesawat tetap berjalan lancar tanpa melanggar kedua protap tersebut.
“Serta memberikan cara kesinambungan bisnis yang aman selama krisis Covid-19 seperti sekarang ini, proses e-Delivery, terutama aspek digital kolaboratif barunya, yang memberikan peningkatan efisiensi alur kerja, fleksibilitas, transparansi, lebih aman dalam melakukan transaksi (di tengah wabah corona), dan secara keseluruhan sangat memudahkan pelanggan, menjadi blue print Airbus untuk menerapkan skema serupa di masa mendatang,” kata Airbus dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dikutip dari Simple Flying.
Sejauh ini, Airbus sudah menerapkan skema e-Delivery kepada satu pelanggan (Pegasus Airlines). Maskapai asal Istanbul, Turki tersebut belum lama ini disebut telah menerima tiga A320neo lewat skema e-Delivery. Diharapkan, pengiriman selanjutnya dapat segera dicapai lewat skema yang sama.
Dalam pelaksaannya, setidaknya ada tiga tahap untuk memuluskan skema tersebut. Tahap pertama adalah Technical Acceptance Completion (TAC). Biasanya, tahapan ini memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk memastikan kondisi pesawat dalam keadaan sempurna tanpa sedikitpun cacat sebelum benar-benar dikirim. Bila biasanya pihak maskapai melihat langsung, saat ini prosesnya bisa diwakilkan oleh perwakilan maskapai (biasanya orang lokal atau diwakilkan oleh Airbus sendiri).
Tahap selanjutnya adalah Transfer of Title (ToT). Pada bagian ini, Airbus telah mengembangkan platform terbaru yang juga dikenal “e-SalesContracts.” Software ini akan mengakomodir Airbus, pelanggannya, dan pihak-pihak penting lainnya dalam satu ‘meja’ yang sama untuk melakukan semua transaksi kontraktual. Dengan begitu tidak diperlukan adanya kontak langsung di kantor Airbus untuk menyelesaikan proses penjualan. Soal security, software tersebut tak perlu diragukan lagi kemampuannya.
Baca juga: Backlog A320neo Buat Airbus Selamat dari Krisis Imbas Wabah Corona
Adapun tahap terakhir, setelah dua tahapan awal terpenuhi, maka proses selanjutnya adalah mengirim pesawat ke pelanggan. Dalam proses ini, maskapai memiliki dua pilihan, mengirimkan kru untuk menjemput pesawat atau menunjuk pihak lain menjemput pesawat, dengan menyesuaikan protokol kesehatan, dan mengirimkannya ke lokasi yang telah disepakati oleh maskapai.
Sebagai informasi, Kepala eksekutif Airbus, Guillaume Faury, pada akhir maret lalu pernah mengatakan bahwa pesawat yang masih belum diserahkan (backlog) cukup banyak. Bahkan, untuk backlog pesawat jet A320 dan turunannya, seperti A320neo, A321, 319, dan A318 jumlahnya mencapai 6.200 jet. Meskipun Airbus tidak telalu buka-bukaan terkait konsep pengelolaan overbooking, yang jelas, hal itu saat ini membuat perusahaan sedikit terbantu. Jadi, pengiriman Airbus A320neo baru-baru ini ke Pegasus Airlines tak terlalu mengherankan mengingat backlog pesawat tersebut cukup banyak dan harus terus dikebut.