Maskapai asal Australia, Qantas, memutuskan untuk ‘mempensiunkan dini’ atau meng-rounded delapan dari 12 armada Airbus A380-nya. Adapun dua pesawat masih akan digunakan (sambil terus melihat perkembangan lanjutan) dan dua lainnya masih harus menjalani perawatan rutin. Hal tersebut dilakukan seiring menurunnya permintaan dari pelanggan, khususnya rute-rute jarak jauh yang biasa diterbangi pesawat komersial terbesar itu.
Baca juga: Mendarat di Tengah Terjangan Badai 150 Km Per Jam, Pilot Airbus A380 Dimarahi Pihak Maskapai
Dikutip dari laman flightglobal.com, Kamis, (12/3), maskapai yang memiliki nama panjang Queensland and Northern Territory Aerial Services (Qantas) tersebut rencananya akan mengrounded A380 selama kurang lebih enam bulan atau hingga September 2020 mendatang.
Sebagai gantinya, Qantas masih memiliki dua armada pilihan, Boeing 787 Dreamliner dan Airbus A330. Belum jelas mana yang akan digunakan untuk menggantikan posisi A380. Sejalan dengan keputusan tersebut, Qantas dan anak perusahaannya, Jetstar, juga akan memangkas kapasitas rute internasional mereka sebesar 23 persen, khususnya di pasar Asia-Pasifik. Adapun rute lainnya, seperti AS dan Inggris, masing-masing akan dipangkas sebesar 19 persen dan 17 persen.
Selain itu, Qantas juga akan menunda pembukaan rute baru Brisbane-Chicago hingga September mendatang. Sebagai gantinya, maskapai tersebut akan memaksimalkan rute favoritnya, Perth-London. Tentu saja dengan pilihan menggunakan pesawat yang lebih kecil atau memaksimalkan dua armada A380 yang masih tersisa. Adapun Jetstar, maskapai tersebut akan menangguhkan penerbangan ke Bangkok, dan memangkas separuh penerbangan dari Australia ke Vietnam dan Jepang.
Menurut juru bicara perusahaan, hal itu dilakukan untuk terus menancapkan eksistensi maskapai di tengah rendahnya load factor karena permintaan yang menurun akibat berbagai hal, khususnya virus corona atau Covid-19. Langkah tersebut tentu saja berbeda dengan beberapa strategi maskapai lainnya yang banyak memutuskan untuk menutup beberapa rute, tak terkecuali rute andalannya akibat minimnya permintaan.
“Daripada keluar (menutup) rute sama sekali, Qantas akan menggunakan pesawat yang lebih kecil dan mengurangi frekuensi penerbangan untuk menjaga konektivitas secara keseluruhan,” ujarnya.
Baca juga: Beragam Poin ini Menjadi Pertimbangan Qantas dalam Uji Coba “Project Sunrise”
Selain mengurangi kapasitas di rute-rute internasional, Qantas dan maskapai berbiaya rendah yang juga anak perusahaannya, Jetstar, berencana akan mengurangi kapasitas di jarangan domestiknya. Masing-masing sebesar 3 persen dan 5 persen hingga September mendatang. Dengan begitu, dari keduanya, total pesawat yang di-grounded mencapai 38 unit.
Sebagaimana yang umum diketahui, Qantas selama ini, memang mempunyai jaringan global yang cukup baik, terbukti dari keberhasilan mereka sebagai maskapai terbaik kedelapan versi Skytrax pada 2019. Maskapai tersebut dikenal kuat untuk beberapa rute long range dan medium, seperti Sydney-Los Angeles, Sydney-London (via Singapura), Sydney-Dallas, Melbourne-Los Angeles. Sydney-Sapporo, Sydney-Osaka, Sydney-Hong Kong, Melbourne-Narita, Melbourne-Auckland, serta Brisbane-Narita.