Airbus A380 terakhir belum lama ini sukses terbang perdana. Pesawat itu berangkat dari pabrik Airbus Jean-Luc Lagardere di Bandara Toulouse-Blagnac di Perancis selatan, pukul 9 pagi waktu setempat. Penerbangan itu dilakukan bukan untuk melakukan uji terbang resmi melainkan menuju ke pabrik Airbus lainnya di Bandara Hamburg-Finkenwerder di Jerman untuk menyelesaikan tahapan akhir pembuatan pesawat.
Baca juga: Airbus Umumkan Produksi A380Ultra, Pesawat Mewah Tiga Lantai
Laporan CNN International, sebelum terbang menuju Hamburg, Airbus A380 yang masih ‘telanjang’ alias belum mengenakan livery maskapai ini, sempat melakukan apa yang disebut a low-pass and wing wave atau terbang rendah dengan kecepatan rendah sambil melakukan manuver ringan ke kanan dan ke kiri untuk menjajal sayap.
Tetapi, dari vertical stabilizer pesawat dengan kode registrasi MSN 272, sudah dipastikan bahwa pesawat ini bakal menggunakan livery maskapai Emirates. Ini adalah satu dari lima A380 Emirates lainnya yang masih dalam proses perakitan.
MSN 272 atau pesawat Airbus A380 terakhir diketahui melakukan konvoi terakhir ke Final Assembly Line (FAL) pada Juni tahun lalu. Ketika itu, warga pun berduyun-duyun datang memenuhi rute yang dilintasi konvoi kendaraan sambil tepuk tangan dan berteriak dengan meriah (saat iring-iringan melintas), bahkan saat malam hari sekalipun.
https://twitter.com/AeronewsGlobal/status/1372222367364231169?s=20
Kemeriahan dan keharuan tersebut bermula saat bagian pesawat Airbus A380 terakhir -dengan kode registrasi MSN 272 tersebut- keluar dari pabrik Saint-Nazaire dengan dibawa oleh tiga truk besar, melewati pedesaan Perancis seperti Gers, Haute-Garonne, Gimont, dan Leignac menuju fasilitas perakitan akhir di pinggiran Toulouse, Perancis.
Proses perakitan A380 memang tidak mudah dan cukup panjang. Disebutkan komponen pesawat raksasa ini tidak berasal dari satu tempat saja, melainkan dari berbagai negara di dunia, walaupun Final Assembly Line (FAL) pesawat double deck ini dilakukan di pabrik Jean-Luc Lagardere, Toulouse, Perancis.
Sayap jet superjumbo ini dibuat di Broughton, Wales; Bagian badan pesawat (Fuselage Section) berasal dari Hamburg, Jerman dan Saint-Nazaire, Perancis; Horizontal Tail Plane dibuat di Cadiz, Spanyol; Dan Vertical Tail Fin juga diproduksi di Hamburg.
Setelah semua bagian selesai dibuat dan siap disatukan, partikel-partikel tersebut akan dikirimkan melalui tiga jalur, darat, laut, dan udara. Untuk menghindari kecurangan dan kerusakan yang terjadi selama masa pengiriman, proses loading menuju pabrik di Jean-Luc Lagardere diawasi dengan sangat ketat oleh Arnaud Cazeneuve, Oversize Surface Transportation Manager untuk Airbus.
https://twitter.com/AeronewsGlobal/status/1372222367364231169?s=20
Dari mulai komponen terkecil seperti baut, hingga bangku pesawat dan mesin, diperkirakan Airbus A380 terdiri dari empat juta komponen yang diproduksi oleh 1.500 perusahaan dari 30 negara di seluruh dunia. “Menurut saya, satu keseluruhan Airbus A380 terdiri dari enam komponen. Tiga bagian fuselage, dua bagian sayap, dan satu bagian Horizontal Tail Plane,” ungkap Arnaud.
Sampai saat ini, pesawat wide-body yang mampu melesat hingga kecepatan maksimum 1.020 km per jam masih didaulat sebagai pesawat penumpang terbesar di dunia.
Kendati tercatat sejarah sebagai pesawat komersial terbesar di dunia, namun, sepak terjang A380 tak cukup panjang. Hanya sekitar 16 tahun, setelah pertama kali terbang perdana pada 27 April 2005.
Baca juga: Orang Berpengaruh di Airbus Sebut (Dibohongi Soal) Mesin Jadi Sebab Kegagalan A380
Sejumlah analisis terkait penyebab kegagalan pesawat yang memakan biaya pengembangan sekitar US$25 miliar atau Rp352 triliun ini pun menyeruak. Salah satunya datang dari pensiunan sales Airbus, John Leahy.
Pria 70an tahun yang digadang sebagai sales pesawat terbaik Airbus dan dunia tersebut mengungkapkan penyebab A380 tidak mampu bersaing dengan pesawat lain adalah karena dibohongi Rolls-Royce dan General Electric soal mesin, bukan soal ukuran yang terlalu besar.