Pernahkah Anda memperhatikan mengapa sistem Bus Rapid Transit (BRT) Ibukota, TransJakarta memiliki halte yang lebih tinggi dari trotoar jalan dan menggunakan armada high deck? Mungkin beberapa dari Anda masih ingat dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Direktur Utama Damri, Setia N. Milatia Moemin, dimana ia mengatakan, “Ini merupakan langkah yang ditempuh supaya orang-orang bisa lebih tertib. Tidak hanya penumpangnya saja, melainkan pengemudinya pun tidak bisa menaik-turunkan penumpang seenaknya,”
Baca Juga: Trans Jogja, Bus Rapid Transit Tanpa Separator Asli Kota Gudeg
Berbeda dengan yang ada di Indonesia, salah satu sistem BRT yang ada di Tanah Britania diketahui menggunakan armada low deck untuk melayani setiap penumpangnya. Dilansir KabarPenumpang.com dari berbagai laman sumber, Leigh-Salford-Manchester BRT atau yang lebih dikenal dengan nama Vantage merupakan skema transportasi di Greater Manchester yang mengkoneksikan Leigh, Atherton, Tyldesley, Ellenbrook dan pusat kota Manchester via Salford.
Leigh–Salford–Manchester BRT ini sendiri pertama kali dibuka pada 3 April 2016 dan ditunggangi oleh Transport for Greater Manchester sebagai pemiliknya. Keunikan lain dapat Anda temui pada moda yang digunakan adalah jenis busnya, yaitu bus tingkat (double-decker). Tentu, sangat jarang kita jumpai sistem BRT yang menggunakan bus double-decker sebagai armada yang melayani para penumpangnya.
Sebanyak 25 unit bus double-decker Wright Eclipse Gemini 3 berwarna ungu yang selama ini lalu lalang di jalur khusus menggunakan bodi Volvo B5LH yang dilengkapi dengan sejumlah instrumen yang akan meningkatkan pengalaman berkendara para penumpang. Sebut saja kamera CCTV, audio pengumum pemberhentian selanjutnya, hingga pengumuman visual pengoperasian layanan semuanya berada di dalam bus ini.
Tercatat, rataan penumpang tahunan dari sistem yang terbentang sejauh 22km ini adalah 2,6 juta penumpang. Ternyata, terselip satu fakta unik yang melatarbelakangi pembangunan sistem BRT ini. Leigh yang terkenal sebagai salah satu kota terbesar di Inggris ini tidak memiliki jaringan perkeretaapian setelah penutupan Tyldesley Loopline pada tahun 1969 silam. Alhasil, mereka dilanda krisis sarana transportasi berbasis publik yang berguna untuk menghubungkan Leigh dengan kota-kota tetangganya.
Nah, jalur dari Leigh–Salford–Manchester BRT ini sendiri menggunakan material beton kerbed yang menutupi bekas jalur kereta api dari Leigh menuju Ellenbrook. Hal tersebut dipercaya beberapa pihak akan memudahkan akses menuju pusat kota Manchester. Sistem BRT ini sendiri dibangun oleh perusahaan multinasional asal Inggris yang memfokuskan diri pada pembangunan insfrastruktur, Balfour Beatty.
Baca Juga: Perum DAMRI Hadirkan Bus High Deck dengan Pengalaman Pesawat Terbang
Sebelumnya, proposal pembangunan sistem BRT yang menelan dana total £122 juta (Rp2,3 triliun kurs sekarang) ini sempat menghadapi banyak pertentangan dan penyelidikan publik pada tahun 2002 silam. Lalu pada tahun 2013, pembangunan jaringan transportasi ini pun mulai berjalan dan terus dikembangkan hingga saat ini.
Jadi, dapat kita simpulkan, dimana Indonesia yang masih menggunakan bus high deck sebagai armada BRTnya dinilai belum terlalu tertib semisal modanya diganti dengan bus low deck. Betul, bukan?