Pabrikan biasanya akan menghentikan produksi sebuah pesawat setelah belasan atau bahkan puluhan tahun lantaran tak sesuai dengan kebutuhan zaman. Tetapi, tidak demikian dengan Britten-Norman BN2 Islander. Setelah diproduksi dan first flight setahun berikutnya pada 13 Juni 1965 lalu, pesawat regional yang pernah dioperasikan TNI AD dalam Operasi Seroja di Timor Timur masih tetap diproduksi sampai saat ini.
Baca juga: Pesawat Ilyushin Il-14 Avia, Sejarah TNI AU yang Nyaris Terlupakan! Pernah Jadi Pesawat Kepresidenan
Sebagaimana namanya, pabrikan pesawat Britten-Norman didirikan oleh dua orang tokoh aviasi global, John Britten dan Nigel Desmond Norman. Cikal bakal perusahaan berdiri berawal dari adanya orderan untuk memodifikasi pesawat de Havilland Tiger Moths.
Setelah berhasil melakoni tugas itu, seperti dikutip dari Simple Flying, keduanya berpikir untuk membuat pesawat sendiri dan jadilah BN1 Finibee, pesawat satu kursi yang hanya satu unit diproduksi.
Tak ingin berhenti di situ, keduanya tetap berambisi untuk memproduksi pesawat lainnya. Sebab, penerbangan, dalam hal ini penerbangan komuter, dalam pengamatannya terus meningkat dan kebutuhan pesawat itu sangat besar. Berdasarkan analisa internal, keduanya pun memutuskan membuat pesawat yang berfokus pada muatan, bukan kecepatan atau jangkauan.
Singkat cerita, pesawat komuter atau regional BN2 Islander pun lahir dan berhasil terbang perdana empat hari sebelum dibawa ke ajang pameran aviasi terbesar, Paris Air Show. Pamor pesawat itu pun makin meningkat.
Karenanya, Britten-Norman pun menggandeng Intreprinderea de Reparatii Material Aeronautic (IRMA) di Rumania untuk memproduksi pesawatnya, mengingat fasilitas produksi British Hovercraft di Isle of Wight, Inggris, tak lagi sanggup memenuhi permintaan. Selain dua itu, ada juga pabrikan di Belgia usai Britten-Norman dibeli Fairey Aviation.
Secara umum, BN2 Islander dioperasikan oleh satu kru dan mampu mengangkut sembilan penumpang. Pesawat komuter sipil dan militer itu didukung dua mesin piston Rolls -Royce / Continental IO-360B dan mesin turbuproop Allison 250-B17C.
Pesawat mampu melaju di kecepatan 272 km per jam, service ceiling setinggi 4.450 m dengan jangkauan sejauh 1.400 km.
Sebagaimana disebutkan di awal, pesawat dengan panjang 11 meter, tinggi 4 meter, dan bentang sayap 15 meter ini berfokus pada payload atau muatan besar mencapai 1.6 ton dan MTOW mencapai tiga ton.
Kendati Britten-Norman memproduksi BN2 varian militer (defender, bersama varian lain, yaitu trislander dengan tiga mesin), namun, BN2 Islander tak jarang juga dimodifikasi untuk kebutuhan militer di berbagai dunia. Salah satunya Indonesia.
Dalam buku “Operasi Udara di Timor-Timur” karya Hendro Subroto yang dikutip Indomiliter.com, pada tahun 1977 Puspenerbad mengirimkan pesawat BN-2A Islander -yang seharusnya adalah pesawat angkut sipil ringan- dengan nomer A-10021 bernama “Batu Gade” ke Timor Timur sebagai pesawat angkut dan pengintaian taktis.
Baca juga: Pengungsi Serbu Bandara Palu, Pesawat Hercules TNI AU Tak Bisa Mendarat dan Lepas Landas Sampai Kondusif
Tidak menyandang peran sebagai pesawat yang dipersenjatai, kelincahan BN-2A dan kemampuan short take off landing (STOL) dari landasan perintis (non aspal) menjadikan pesawat yang akrab dalam penerbangan perintis di Papua ini dipercaya sebagai wahana transport G-1/Intelijen Hankam.
Menurut catatan, BN-2A Islander resmi digunakan TNI AD pada Desember 1975. Meski kini diduga sudah tak lagi beroperasi, pesawat yang berpangkalan di Bandara Pondok Cabe ini masih terlihat di Oktober 2006.