Perancis, Inggris, Italia, Jerman dan Spanyol, adalah negara-negara di Eropa yang telah mengoperasikan kereta berkecepatan tinggi. Namun, seiring tuntutan zaman, terlebih untuk melepas ketergantungan pada layanan penerbangan, ada keinginan kuat dari Uni Eropa untuk mengaplikasikan jaringan kereta berkecepatan tinggi lintas Eropa.
Baca juga: Jaringan Kereta Berkecepatan Tinggi Eropa Semakin ‘Terhubung’
Seperti diumpakan, dengan kereta cepat seseorang dapat sarapan di Paris, makan siang di Frankfurt, dan makan malam di Wina, semuanya dapat dijalani tanpa kerumitan dan frustrasi ala layanan penerbangan.
Dikutip dari cnn.com (6/7/2022), itulah visi yang digariskan oleh para pemimpin industri kereta api di Lyon, Prancis, pada 29 Juni 2022, di tengah rencana ambisius Uni Eropa untuk menggandakan penggunaan kereta api berkecepatan tinggi pada tahun 2030 dan tiga kali lipat pada tahun 2050. Hanya dengan perluasan jaringan berkecepatan tinggi yang masif dan dipercepat, yang dapat mencapai target yang sangat ambisius. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah itu proposisi yang realistis dan dapat dijangkau?
Tidak seperti banyak bagian dunia, Eropa sudah memiliki ribuan kilometer kereta api berkecepatan tinggi. TGV Prancis yang terkenal di dunia, ICE Jerman, dan AVE Spanyol telah mengubah perjalanan kereta api selama 40 tahun terakhir, tetapi yang menjadi tantangan, sebagian besar tetap berfokus pada pasar domestik. Itu tidak mengherankan, lantaran negara-negara tersebut telah menginvestasikan miliaran euro dalam infrastruktur baru, dan tekanan politik untuk menggenjot manfaat maksimal bagi pembayar pajak tidak dapat dihindari.
Sementara dengan membangun jaringan kereta cepat lintas Eropa (lintas perbatasan), bahkan di dalam Uni Eropa, dapat menciptakan polemik mengenai siapa yang membayar untuk apa, bagaimana kontrak dialokasikan, standar dan peraturan nasional yang bertentangan, dan sejumlah hambatan lainnya.
Bahkan di mana jalur internasional berkecepatan tinggi yang telah dibangun dengan biaya yang sangat besar, loyalitas nasional, birokrasi yang menyesakkan, dan biaya akses yang tinggi menghalangi beberapa rute untuk memenuhi potensinya. Seperti Paris-London melalui Terowongan Channel dan Paris-Brussels-Amsterdam/Cologne memang berhasil, tetapi seharusnya bisa memikat lebih banyak penumpang dari perjalanan udara jarak pendek.
Sekarang badan organisasi Eropa telah berkomitmen untuk sebuah studi baru yang menyoroti banyak manfaat dari jaringan kereta api berkecepatan tinggi yang diperluas dan dapat menghubungkan ibu kota nasional dan kota-kota besar. Dan yang terpenting, studi tersebut harus mendalami bagaimana cara membayar puluhan ribu kilometer jalur baru dan bagaimana transformasi radikal jaringan kereta api di benua itu dapat membantu Uni Eropa mewujudkan tujuan “Kesepakatan Hijau” untuk netralitas karbon pada tahun 2050.
Dan di situlah, akan ditentukan mengenai kesepakatan tentang rute mana yang harus diprioritaskan, kota mana yang akan diuntungkan (dan mana yang akan ketinggalan) akan menimbulkan argumen besar antara kepentingan nasional masing-masing negara yang bersaing.
Baca juga: TGV Bersejarah Tampil di Praha, Promosikan Jaringan Kereta Cepat di Ceko
Sementara beberapa pejabat Uni Eropa memuji proposal tersebut sebagai masa depan perjalanan berkelanjutan di Eropa, asalkan operator dapat membuatnya efisien dan hemat biaya.