Setelah sebelumnya sempat menemui hambatan dan tertunda pembangunannya selama dua tahun, akhirnya Pemerintah Thailand memberikan lampu hijau berkenaan dengan pembangunan jalur kereta berkecepatan tinggi senilai $5,2 miliar ke pihak Cina.
Baca Juga: Thailand Setujui Mega Proyek Kereta Peluru dengan Cina
Adapun penundaan pembangunan ini dilatarbelakangi oleh masalah hukum, teknis, dan kesalahpahaman antara kedua belah pihak. Dengan adanya titik terang ini, diharapkan upaya Cina untuk menghubungkan negara-negara di Asia Tenggara menjadi terbuka lebar.
Sebagaimana yang diwartakan KabarPenumpang.com dari berbagai laman sumber, keputusan Pemerintah Thailand pada bulan Juli untuk menyetujui jalur kereta api berkecepatan tinggi ke Cina ini disambut dengan gembira oleh pihak Beijing. Dengan dana sebesar $5,2 miliar atau yang setara dengan Rp74,2 triliun, proyek ini pada akhirnya diharapkan akan menghubungkan Kunming di sebelah selatan provinsi Yunan hingga ke Singapura, melalui Laos, Thailand dan Malaysia.
Tidak hanya berkenaan dengan urusan transportasi saja, hadirnya kereta cepat ini juga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki hubungan multilateral Thailand dengan berbagai negara. “Saya pikir cukup banyak kepentingan awal dari tim Thailand dalam memperkuat hubungan strategis dengan Beijing, terutama pada saat Junta Thailand dikucilkan oleh banyak negara demokrasi Barat,” ungkap Joshua Kurlantzick, seorang rekan senior untuk Asia Tenggara di Dewan Hubungan Luar Negeri. “Junta Thailand mungkin menggunakan kesepakatan tersebut untuk mengendurkan otot geopolitiknya,” tandasnya.
Sebelumnya, Junta Thailand yang dikepalai oleh Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha, dilaporkan telah menjanjikan penggelontoran dana sebesar $5,3 miliar untuk rencana pembangunan jalur sepanjang 850 km dalam jangka waktu empat tahun dari Bangkok hingga Nong Khai di perbatasan Laos.
Namun rencana pembangunan jalur kereta ini juga tidak sedikit menuai kontra, seperti yang dilontarkan oleh salah seorang dari Associate Policy Fellow di European Council on Foreign Relations, Agatha Kratz. Terlepas dari dampak positif yang mungkin dihadirkan pasca pembangunannya, ia malah mempertanyakan soal target pasar dari kereta tersebut. “Masih belum jelas apa sebenarnya tujuan dari proyek ini. Sebut saja rasio kereta penumpang dan barang yang belum ditentukan oleh kedua belah pihak,” ungkap Agatha. “Perhatikan, di sini proyeknya tidak berkecepatan tinggi, tapi direncanakan memiliki kecepatan medium, yaitu sekitar 160 km per am,” imbuhnya.
Baca Juga: Terbebas dari Status Skors, Kereta Peluru Cina Siap Mengular Kembali
Agatha menilai, akan lebih menguntungkan bagi Thailand jika dana proyek tersebut digunakan untuk berinvestasi dalam memperbaiki infrastruktur kereta api dan jalan di dalam teritorialnya sendiri. Ia juga menambahkan berbagai faktor sosio dan geopolitik juga perlu diperhitungkan di sini. Sejak merebut kekuasaan pada tahun 2014, Junta Thailand tidak malu menyelaraskan diri dengan Beijing, yang dengan pasti telah menghabiskan jutaan uang untuk pengadaan senjata dari Cina sebagai imbalan investasi dalam proyek-proyek lokal.
Menurut Anda, apakah proyek pembangunan ini akan terus berjalan walaupun ada banyak pro dan kontra yang menyertai perjalanannya?