Saturday, October 26, 2024
HomeAnalisa AngkutanTrump Bikin Pentagon-Boeing Pusing Soal Air Force One, Ada Apa?

Trump Bikin Pentagon-Boeing Pusing Soal Air Force One, Ada Apa?

Meski sudah tak lagi menjabat Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump rupanya meninggalkan jejak tak baik. Terbaru, kontrak pembelian dua pesawat kepresidenan Air Force One atau pesawat VC-25B berbasis Boeing 747-8 yang ditandatangani Trump telah membuat Boeing dan Pentagon pusing. Apa sebabnya?

Baca juga: Boeing Rugi Rp4 Triliun di Proyek VC-25B Air Force One, Gegara Botol Tequila Kosong?

Pada tahun 2018 silam, Presiden Trump resmi menandatangani kontrak pembelian dua pesawat VC-25B berbasis Boeing 747-8 sekaligus memodifikasinya menjadi pesawat kepresidenan Air Force One senilai US$3,9 miliar. Di pihak Boeing, kontrak itu ditandatangani oleh CEO sebelumnya Dennis Muilenburg. Dalam kontrak, disebutkan pengiriman pesawat akan dilakukan pada akhir tahun 2024.

Di awal penandatanganan kontrak itu, tidak ada tanda-tanda masalah sampai akhirnya di tahun yang sama Donald Trump mengungkapkan adanya perubahan desain warna kebesaran pesawat kepresidenan (sejak era mantan Presiden Kennedy dan ibu negara Jacqueline Kennedy), dari semula biru dan putih muda, menjadi merah, putih, dan biru tua.

Warna tersebut bagi sebagian orang biasa saja. Namun, bagi sejumlah pengamat, itu mengartikan lebih dari sekedar warna dan ada indikasi kemiripan dengan maskapai Trump Shuttle milik Trump yang sudah bangkrut.

Sejak saat itu, desain pesawat Air Force One menjadi polemik yang tak berkesudahan. Ini terus menggantung sampai sebelum Presiden Joe Biden dilantik pada tahun 2021 dan akhirnya ditolak Kongres usai Biden menjabat.

Pada tahun 2021, Boeing secara mengejutkan mengaku rugi US$318 juta atau setara Rp4 triliun lebih (kurs 14.270) dalam proyek pembangunan dua pesawat VC-25B atau Air Force One.

Belakangan, angka itu naik menjadi rugi US1,5 miliar atau sekitar Rp22 triliun (kurs 14.700) akibat sejumlah hal, salah satunya kenaikan biaya komponen. Parahnya lagi, dalam kontrak disebutkan pemerintah AS yang diwakili oleh Angkatan Udara tidak menyetujui penambahan biaya dengan alasan apapun. Ini yang pada akhirnya membuat bukan hanya Boeing yang pusing tetapi juga Pentagon.

“Ini (kontrak pembelian pesawat VC-25B) menciptakan konflik inheren antara kedua belah pihak,” kata Andrew Hunter, Air Force’s chief weapons buyer.

“Saya tidak berpikir struktur kontrak mendorong masalah yang telah kita lihat dengan program ini. Memiliki fixed price contract seperti ini, memang menimbulkan tantangan dengan bagaimana kita mengelola masalah-masalah itu ketika masalah itu muncul,” lanjutnya.

“Angkatan Udara harus bernegosiasi (ulang) dengan Boeing,” tutupnya.

Sementara itu, CEO Boeing Dave Calhoun mengungkapkan kontrak Air Force One unik. “Air Force One, saya hanya akan menyebut momen yang sangat unik, negosiasi yang sangat unik, serangkaian risiko yang sangat unik yang mungkin tidak seharusnya diambil oleh Boeing”.

Baca juga: Boeing Terlibat Masalah dengan Kontraktor, Jadwal Penyelesaian Air Force One Terancam Molor

“Tapi kami berada di tempat kami sekarang (menandatangi kontrak), dan kami akan mengirimkan pesawat terbang yang hebat,” pungkasnya, seperti dikutip dari Bloomberg.

Terlepas dari itu, program Air Force One dipastikan molor dari yang sudah ditetapkan. Air Force One pertama akan dikirim Boeing pada Desember 2025 dan Air Force One kedua dikirim pada April 2027.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru