Tiket penerbangan joyflight (joyride) electric Vertical Take Off and Landing (eVTOL) penumpang pertama Volocopter di Singapura ludes terjual dalam sekejap. Padahal, penerbangan itu baru akan terwujud sekitar dua hingga tahun mendatang.
Baca juga: Sukses di Jerman Hingga Dubai, Giliran Volocopter Unjuk Gigi di Singapura
Diketahui, pioneer Urban Air Mobility (UAM) asal Jerman ini memang sangat bersemangat untuk mengembangkan bisnisnya di Singapura. Tak seperti berbagai negara lainnya di Asia, Singapura dinilai sangat terbuka, mau, dan mampu beradaptasi dengan cepat terhadap teknologi baru, dalam hal ini teknologi taksi udara bertenaga listrik.
“Singapura terkenal karena peran utamanya dalam mengadaptasi dan menghidupkan teknologi baru. Kerja sama kami yang sukses dengan Dewan Pengembangan Ekonomi, Kementerian Transportasi, dan Otoritas Penerbangan Sipil Singapura pada penerbangan kami sebelumnya telah menunjukkan bahwa tidak ada tempat yang lebih baik di Asia untuk meluncurkan layanan taksi udara listrik kami selain di Singapura,” kata Florian Reuter, CEO Volocopter, seperti dikutip dari New Atlas.
“Lembaga penelitian kota yang melakukan Litbang memainkan bagian integral dalam hal ini. Topik seperti validasi rute untuk operasi otonom, ilmu material, dan penelitian terkait teknologi baterai sangat penting untuk kesuksesan bisnis jangka panjang kami,” tambahnya.
Untuk memuluskan cengkeramnya di Singapura, Volocopter secara bertahap bakal mempekerjakan 200 orang hingga tahun 2023 sambil terus menjual tiket penerbangan joyride Volocopter sejak dini. Putaran pertama tiket penerbangan VoloFirst yang belakangan ludes terjual habis dibanderol seharga US$365 atau Rp5,1 juta (kurs 14.077). Dengan mahar tersebut, penumpang berhak jalan-jalan keliling Singapura menggunakan taksi udara Volocopter selama 10-15 menit, ditemani oleh satu orang pilot.
Harga tersebut diklaim Volocopter cukup terjangkau bila dibandingkan dengan joy flight menggunakan helikopter. Disebutkan, joy flight (penerbangan wisata) menggunakan helikopter berkapasitas empat orang selama 45 menit setidaknya menghabiskan dana sekitar US$2.600 atau sekitar Rp36,7 juta (kurs 14.077). Itupun tidak boleh mengambil satupun gambar.
Volocopter memang bukan taksi drone atau taksi udara baru di Singapura. Pada Oktober tahun lalu, taksi udara ini pernah melakukan uji terbang di sekitar Marina Bay dengan melibatkan satu pilot (belum pada tahapan penerbangan otomatis karena harus mendapatkan lampu hijau dari otoritas setempat).
Saat itu, Volocopter berhasil mengudara selama kurang lebih dua menit – atau satu menit lebih cepat ketimbang yang diiklankan oleh pihak perusahaan. Ini bukan lantaran masalah teknis, melainkan karena faktor cuaca yang tidak mendukung saat uji coba.
Baca juga: Volocopter dan Grab Canangkan Uji Coba Taksi Udara di Asia Tenggara
Membahas sedikit tentang Volocopter ini sendiri, moda electric Vertical Take Off and Landing (eVTOL) ini menawarkan perjalanan udara yang aman, tenang, dan bebas emisi. Moda ini mampu mengangkut dua penumpang beserta barang bawaan mereka menuju jarak hingga 30 km dengan kecepatan 110 km per jam.
“Ini (uji penerbangan Volocopter) merupakan tonggak penting untuk pengenalan mobilitas udara perkotaan, karena kami memberikan gambaran kepada orang-orang terhadap moda udara modern dan betapa tenangnya itu (Volocopter) dalam penerbangan penuh,” jelas Reuter.