Pada masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) Transisi yang sedang berlangsung saat ini, PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta terus menerapkan protokol kesehatan. Salah satunya dengan mengganti termometer tembak dengan thermal scanner yang bisa mengecek suhu tubuh penumpang lebih banyak dalam sekali cakupan.
Baca juga: PT MRT Jakarta Gunakan Thermal Scanner di Lima Stasiun Besar
Corporate Secretary PT MRT Jakarta Muhammad Kamaluddin mengatakan, saat ini empat stasiun besar MRT Jakarta akan dipasang thermal scanner tersebut. Namun saat ini baru ada dua yang terpasang di Stasiun Fatmawati dan Stasiun Dukuh Atas.

“Ada empat stasiun besar yakni Stasiun Bundaran HI, Dukuh Atas, Fatmawati dan Lebak Bulus yang akan di pasang thermal scanner ini. Tapi baru dua karena yang lain masih dalah tahap uji coba,” kata Kamal di Stasiun Fatmawati, Kamis (2/7/2020).
Dia mengatakan uji coba thermal scanner ini untuk menentukan yang terbaik dalam pengecekan suhu tubuh. Ketika berada di Stasiun Fatmawati, ada kamera untuk pengecekan suhu tubuh penumpang.
Kamal menjelaskan, kamera ini nantinya akan mengecek suhu penumpang dan hasilnya akan terpampang dalam layar monitor di depan jalur masuk. Selain itu ada juga alat pembanding suhu yang akurat sehingga bila terlihat tidak pas akan terdeteksi.
“Selain kamera pengukur suhu, ada juga alat pembandingnya. Kalau menggunakan termometer biasa hasil sering tidak akurat. Ini akurat dan di layar monitor tidak hanya suhu, tetapi mendeteksi penumpang menggunakan masker atau tidak, menggunakan kacamata atau tidak,” kata Kamal.
Dia menambahkan, monitor thermal scanner ini pun bisa mendeskripsikan kisaran usia penumpang MRT Jakarta. Selain itu Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengaku dalam PSBB Transisi tahap pertama ini, penumpang mengalami lonjakan pada 30 Juni 2020 sebanyak 20.793.
“Dari data terbaru yang saya dapatkan dari OCC per hari ini, 1 Juli 2020 ada sebanyak 21.478 penumpang dan ini naik. Kami berharap setelah fase transisi dua minggu dan bisa beraktivitas normal maka jumlah penumpang akan naik,” kata William di Depo MRT Jakarta.
William menjelaskan, meski saat ini sudah mencapai angka 21 ribu penumpang perhari, pihaknya tetap optimis bisa mengontrol dan mengakomodir pergerakan penumpang jika sudah mencapai angka 70 ribu per harinya.
“Antrian bisa dikelola dengan baik, lebih dari itu pada jam sibuk bisa kami tambah tiga jam di pagi dan tiga jam di malam,” ujar William. Dia menambahkan, MRT Jakarta sebagai salah satu transportasi umum bukanlah tempat penyebaran Covid-19. Sebab bila protokol kesehatan dengan benar dan berjalan dengan baik maka penyebaran virus tersebut pun tidak akan terjadi.
Baca juga: Jumlah Penumpang Meningkat, MRT Jakarta Jalankan Protokol Bangkit
Apalagi MRT Jakarta memiliki sirkulasi udara yang baik karena meningkatkan ventilasi udara di dalam kendaraan. MRT Jakarta juga meningkatkan frekuensi layanan untuk mengurangi kepadatan.
“Kami mendesinfeksi kereta secara rutin. Kita lakukan kolaborasi dan pastikan seluruh transportasi publik terapkan protokol aman. Sehingga dengan begini bisa dipastikan siapa pun yang naik transportasi publik dipastikan aman dari paparan virus,” jelas William.