Pandemi Covid-19 membuat British Airways mempensiunkan armada Boeing 747-400. Namun, keputusan tersebut justru mendorong temuan baru di balik kemegahan pesawat jumbo ini. Betapa tidak, pesawat yang pertama kali terbang perdana pada 29 April 1988 itu alih-alih dilengkapi teknologi canggih, justru sampai masa baktinya selesai, masih menggunakan disket sebagai alat penyimpanan database penerbangan.
Laporan The Register, seperti diberitakan The Verge, baru-baru ini peneliti keamanan pesawat, Pen Test Partners, mendapat kesempatan untuk mengakses lebih jauh sudut-sudut pesawat, khususnya pada bagian dalam.
Setelah menelusuri ruang avionik berupa rak kotak hitam modular sebagai pusat data penerbangan di bawah dek penumpang, betapa terkejutnya tim Pen Test Partners saat menemukan floppy disk 3,5. Disket tersebut digunakan untuk merekam seluruh database navigasi penting dan wajib diperbahrui setiap 28 hari sekali.
Meskipun terdengar aneh, pesawat Boeing lainnya, seperti Boeing 737, selama bertahun-tahun juga masih menggunakan disket. Hal itu dimungkinkan karena ruang penyimpanan disket setiap tahun semakin membesar.
Beberapa maskapai mungkin sudah beralih ke teknologi penyimpanan lain yang lebih canggih, namun, tak sedikit maskapai yang masih mempertahankan floppy disket sebagai ruang penyimpanan penting untuk merekam data penerbangan, mulai dari saat bandara, informasi seputar jalur penerbangan, runway, dan banyak lagi.
Akan tetapi, tujuan dari temuan floppy disket tersebut bukan bertujuan untuk sekedar iseng belaka, melainkan untuk mencari tahu tingkat keamanan pesawat.
Dalam sebuah video room tour Boeing 747, yang memuat tentang bagian-bagian pesawat yang mungkin tak pernah dilihat orang banyak sebelumnya, pesawat dinilai masih belum aman dari ancaman hacker atau peretas. Perlu diketahui, video tersebut juga merupakan bagian dari konferensi Def Con virtual, yakni konferensi peretas terbesar di AS.
Seorang profesor keamanan siber tahun lalu, berhasil menemukan celah keamanan di pesawat British Airways. Kala itu, ia berhasil masuk dan mengacak-ngacak aplikasi obrolan instan dalam penerbangan serta merusak sistem In-Flight Entertainment atau IFE hanya berbekal sebuah mouse USB. Kini, ia bersama peneliti keamanan lainnya tengah mencari celah untuk masuk ke sistem penerbangan dengan memanfaatkan bagian-bagian pesawat yang dapat diakses publik.
Baca juga: Maskapai Mana yang Paling Lama Operasikan Boeing 747?
Pada pesawat-pesawat keluaran terbaru sekalipun, seperti Boeing 787 Dreamliner dan Boeing 777X, para peneliti juga menilai masih terdapat celah. Bahkan, jaringan serat fiber yang digunakan, dimana semua avionik pesawat terhubung ke jaraingan ini dan dikontrol melalui sepasang komputer untuk menjalankan seluruh software penerbangan, justru dinilai sebagai suatu langkah mundur; tak lebih dari jaringan tradisional di gedung-gedung perkantoran.
Lagi pula, software yang mengontrol penuh atau sebagian pesawat tidak selalu bisa diandalkan. Kasus kecelakaan Boeing 737 MAX akibat software Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) mungkin bisa jadi satu contoh konkret betapa software tak begitu bisa diandalkan.