Hadirnya inovasi di sektor transportasi seperti moda listrik atau moda bertenaga hibrida tidak serta merta menyelesaikan masalah yang selama ini tengah diperangi oleh berbagai negara di dunia – polusi udara. Alih-alih menyelesaikan masalah polusi, muncul masalah baru pada jenis kendaraan seperti ini, yaitu keberadaannya terhadap kaum difabel. Bukan masalah apakah moda ini dapat dijangkau oleh kaum difabel atau tidak, melainkan keberadaannya yang dikhawatirkan dapat membahayakan kaum difabel – sebut saja penyandang tuna netra.
Baca Juga: Tekan Angka Kecelakaan, London Uji Coba Sistem Rem Otonom Pada Bus Umum
Dalam kasus ini, Transport for London (TfL) telah diperingatkan oleh berbagai institusi terkait salah satu sistem keselamatan yang dikhususkan untuk para penyandang tuna netra ini, dan kini agaknya mereka akan benar-benar menaruh konsentrasi padanya. Mengutip dari laman theguardian.com (1/7), sebelumnya pihak TfL telah menugaskan manufaktur otomotif asal Amerika, Aecom untuk memberikan suara khas pada moda listrik yang dikembangkannya.
Hadirnya suara pada moda listrik yang terkenal senyap ini akan membantu para pengguna jalan untuk lebih waspada bahwa di sekitaran mereka ada moda listrik yang hendak melintas. Suara ini sama saja seperti suara kendaraan pada umumnya, dimana masing-masing dari kendaraan punya suara yang khas, dan hal serupa diharapkan tersemat pada moda listrik – dalam hal ini pihak TfL lebih fokus terhadap bus listrik.
“Bus listrik di London pertama akan dilengkapi dengan suara khas di awal peluncurannya (musim gugur), dan diharapkan negara-negara lain dapat mengikuti langkah ini,” ujar salah satu pejabat di TfL.
Salah satu pejabat di Royal National Institute of Blind People, Zoe Courtney mengatakan bahwa, “tingkat kebisingan yang hampir hening pada bus listrik dan hibrida membuat mereka berpotensi membahayakan pejalan kaki yang tuna netra, sehingga sangat penting bahwa suara yang tepat ditambahkan ke kendaraan ini,”
Baca Juga: Ford ‘Terjemahkan’ Pemandangan Khusus Bagi Penyandang Tuna Netra
Jika dikemudikan oleh manusia, mungkin heningnya bus listrik ini tidak akan memberikan masalah yang terlalu berarti – dimana pengemudi dapat memberikan tanda (membunyikan klakson atau menghindar) jika di depannya ada penyandang tuna netra. Namun apa jadinya jika yang beroperasi adalah bus listrik otonom? Secanggih-canggihnya sistem, tentu saja diperlukan proteksi berlapis guna menghindari beragam kecelakaan lalu lintas.