Sebagai salah satu moda transportasi anyar, kereta berkecepatan tinggi yang ada di
Maroko masih terbilang cukup sepi penumpang. Tercatat pada bulan Oktober kemarin saja, kereta berkecepatan tinggi ini baru mengangkut 2,5 juta penumpang saja sejak bulan Januari 2019. Guna memaksimalkan fungsi dari kereta cepat ini, Kantor Kereta Api Nasional Maroko (ONCF) memproyeksikan mengangkut 3 juta penumpang hingga akhir tahun ini.
Baca Juga: Penuh Polemik, Maroko Siap Operasikan Kereta Cepat Penuh di Penghujung 2018
Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman moroccoworldnews.com (21/11), kereta yang bernama Al-Boraq ini merupakan kereta berkecepatan tinggi pertama di Benua Hitam. Menurut Direktur Jenderal ONCF, Mohamed Rabie Khlie, pihaknya memproyeksikan peningkatan jumlah penumpang sebanyak dua kali lipat pada tahun 2021 – ke angka 6 juta penumpang per tahun.
Kereta Al-Boraq ini sendiri menghubungkan Casablanca dan Tangier yang berada di sebelah utara Maroko. Jika menggunakan jalan tol A1, dibutuhkan waktu 3 jam 32 menit untuk menghubungkan kedia titik ini – sedangkan jika menggunakan kereta Al-Boraq, maka jarak 338,1km ini dapat ditempuh dalam durasi 2 jam 10 menit saja.
“Dengan rata-rata 8.250 penumpang per hari pada 2019, tingkat keterisian kereta rata-rata adalah 68%,” ujar Mohamed Rabie.
Kendati angka penumpang per tahunmasih terbilang masih cukup sedikit, namun nyatanya terjadi peningkatan permintaan manakala ONCF membuka penjualan tiket secara online.
“Sejatinya proyek ini sangat menguntungkan … semua biaya operasional dari Al-Boraq sudah tertutup oleh pendapatan yang diraupnya,” sambung Mohamed Rabie.
Baca Juga: Petinggi Perancis dan Maroko Lakukan Inagurasi Kereta Cepat Pertama di Afrika
Jika hadirnya moda transportasi berbasis massal di Indonesia ditujukan untuk mengurangi tingkat kemacetan dan penyebaran polusi udara, maka lain halnya dengan di Maroko, dimana kereta Al-Boraq ini dihadirkan untuk mengurangi tingkat kecelakaan di negara tersebut. Mohamed Rabie mengatakan bahwa hadirnya kereta cepat ini telah terbukti menurunkan tingkat kecelakaan hingga 150 kasus di tahun 2019 ini.
Selain itu, Mohamed Rabie juga menambahkan bahwa perhitungan bea penumpang per kilometer dari kereta cepat ini merupakan yang, “paling kompetitif di dunia,”