Singapore Airlines (SIA) Group memutuskan untuk mengurangi frekuensi penerbangan globalnya hingga Mei mendatang. Keputusan tersebut diambil sebagai langkah lanjutan yang diambil perusahaan akibat virus corona, setelah sebelumnya membekukan rute dari dan ke Cina serta Hong Kong.
Baca juga: Diterjang Corona dan ‘Ditinggalkan’ Pelancong Asal Cina, Sektor Pariwisata Singapura Mulai Goyang
Dalam pengumuman yang dipublikasikan di situs webnya, SIA menyediakan tautan ke daftar penerbangan yang akan terpengaruh oleh keputusan tersebut. Tujuan utama yang terkena dampak pengurangan frekuensi penerbangan itu termasuk Frankfurt, Jakarta, London, Los Angeles, Mumbai, Paris, Seoul, dan Sydney.
Anehnya, padahal, dari beberapa rute tersebut, seperti Jakarta, London, Los Angeles, Mumbai, Sydney, dan Paris, angka kasus virus corona di negara-negara tersebut belum terlalu signifikan. Tentu, kabar pengurangan frekuensi penerbangan ke rute-rute tersebut terkesan tak masuk akal.
Akan tetapi, menurut pengamat penerbangan, Gerry Soejatman, penutupan rute ke negara-negara tersebut justru sangat masuk akal. Setidaknya, ada tiga hal mendasar yang cukup signifikan.
“Begini, meskipun negara-negara tersebut (Frankfurt, Jakarta, London, Los Angeles, Mumbai, Paris, Seoul, dan Sydney) tidak terdampak langsung virus corona, tapi ada beberapa hal yang mendasar, Singapura kan sekarang menjadi negara keempat angka pertumbuhan kasus (virus corona) terbesar, pasti orang kan agak takut mau ke Singapura kan,” katanya saat dihubungi KabarPenumpang.com, Senin, (24/2).
Hal itu, lanjutnya, tentu sangat berbanding lurus dengan pengurangan frekuensi terbang ke Singapura, yang didasari ketakutan atau kekhawatiran para calon penumpang akibat masuknya Singapura sebagai negara terbesar keempat perkembangan kasus virus corona.
Di samping itu, Singapura, yang notabene menjadi transit utama di Asia tersebut, layaknya Dubai atau Qatar yang menjadi titik transit utama di Timur Tengah, membuat penumpang menghindari terbang lewat Singapore Airlines. Jadi, sudah penumpang menghindari negaranya (karena perkembangan kasus virus corona di negaranya), penumpang juga menghindari maskapainya akibat statusnya sebagai titik transit utama di Asia.
Baca juga: Cegah Virus Corona, Otoritas Angkutan Darat Singapura Bagikan 300 Ribu Masker ke Sopir Taksi
“Jadi itu tadi yang pertama (Singapura sebagai negara terbesar keempat perkembangan kasus virus corona), selanjutnya karena Singapura itu kan connection transitnya bagus ya, itu pasti sangat berpengaruh, orang pada menghindari Asia kan, pada males lewat Asia,” tambahnya.
Selanjutnya, pengamat penerbangan yang memulai profesinya dari kecintaannya terhadap dunia aviasi itu juga menyoroti kemungkinan maskapai yang tergabung dalam SIA Group tersebut untuk memaksimalkan rute lainnya. Menurutnya, hal itu kemungkinannya cukup kecil, mengingat demand yang ada juga tergolong menurun, di samping maskapain Singapore Airlines sendiri saat ini memang cenderung dihindari oleh penumpang.
Jadi yang pertama (Singapura sebagai negara terbesar keempat perkembangan kasus virus corona), selanjutnya karena Singapura connection transitnya bagus, itu pasti sangat berpengaruh, orang pada menghindari Asia, pada males lewat Asia.