Di era yang sudah serba maju seperti sekarang ini, peranan teknologi sangatlah vital di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari – pun dengan sektor transportasi yang terus menunjukkan tanda-tanda transformasi signifikan. Ambil contoh Jepang yang sudah mengoperasikan Shinkansen, si ular besi super cepat sejak berpuluh tahun silam, kini muncul lagi ide untuk menghadirkan sebuah pod yang berjalan di dalam kenal sebagai Hyperloop. Lalu, apalagi?
Baca Juga: Mengenal Moda Berbasis Levitasi Magnetik (Maglev)? Ini Dia Serba-Serbinya!
Beberapa waktu ke belakang, kereta api berbasis teknologi magnetic levitation (maglev) mulai gencar diperbincangkan oleh sejumlah otoritas. Seperti biasa, Jepang memulai inisiatif untuk mengembangkan moda ini sehingga dapat menunjukkan kedigdayaannya di sektor transportasi – terutama kereta api.
Untuk diketahui bersama, kereta maglev merupakan sebuah moda yang melayang di atas rel akibat pemanfaatan medan magnet. Kereta maglev ini sendiri digadang-gadang mampu menembus kecepatan hingga 311mph atau yang setara dengan 500km/jam. Pemanfaatan gaya magnet pada kereta jenis ini akan berdampak pada minimnya gaya gesek yang ditimbulkan. Selain itu, kereta ini juga memanfaatkan gaya magnet tersebut sebagai pendorong.
Karena gaya gesek yang kecil dan daya dorong yang kuat, makanya kereta maglev mampu menembus kecepatan seperti yang sudah disebutkan di atas – bahkan pada tahun 2015 silam, uji coba kereta maglev di dekat Gunung Fuji Jepang mampu mencapai kecepatan 600km/jam!
Mengintip kesuksesan otoritas perkeretaapian Jepang, JR Central dalam mengoperasikan kereta maglev membuat banyak pihak berbondong-bondong untuk ‘meniru’ teknologi serupa dan menghadirkannya di negara mereka – salah satunya adalah Amerika.
Sebagaimana yang dikutip KabarPenumpang.com dari laman baltimoresun.com (25/10/2018), otoritas di Negeri Paman Sam tertarik untuk menghadirkan moda berbasis maglev ini di sana, tepatnya Northeast Corridor. Laman sumber menyebutkan, fase 1 pembangunan jaringan moda maglev di Amerika ini akan menghubungkan Washington dengan Baltimore yang terbentang sejauh 38,5mil (62km) dengan estimasi waktu hanya 15 menit saja.
Namun sama seperti di Indonesia, peranan oknum politik yang mencoba untuk membumbui pembangunan kereta ini pada akhirnya menuai kecaman dari kubu yang bertolak belakang dengannya. Selain itu, kesenjangan ekonomi yang juga terjadi di Negeri Paman Sam ini menjadi salah satu amunisi yang dilontarkan oleh kubu yang menolak pembangunan moda futuristik ini. Mereka berasumsi bahwa moda ini tidak akan membawa ‘poin plus’ bagi warga lokal.
Terlepas dari semua polemik yang mewarnai rencana Pemerintah Amerika untuk menghadirkan moda maglev, mantan perwira angkatan laut AS yang melayani di dewan direksi kereta api, Torkel Patterson mengatakan, “Ini (rencana menghadirkan moda maglev) tidak melulu soal transportasi, tapi juga transformasi,”