Prototipe pesawat supersonik komersial Boom, XB-1, akhirnya resmi dirilis perusahaan pada Rabu lalu. Momen tersebut merupakan untuk pertama kalinya pesawat supersonik yang disebut bakal mulai melakukan first maiden atau uji terbang perdana pada 2021 mendatang itu dipamerkan ke publik.
Baca juga: Virgin Galactic Gandeng NASA Kembangkan Pesawat Komersial Berkecepatan Tinggi
Beberapa kalangan menilai bahwa pesawat supersonik komersial Boom cukup menjanjikan. Hal itu setidaknya bisa dilihat dari ketepatan waktu perilisan pesawat.
Sebelumnya, start-up Boom Supersonic yang berbasis di Denver telah mengumumkan akan meluncurkan XB-1 pada pertengahan Juni lalu. Saat itu, perusahaan mengaku telah membangun prototipe berskala 1:3 dari pesawat komersial supersonik bernama Overture. Diperkirakan prototipe XB-1 akan mulai diperkenalkan pada 7 Oktober. Benar saja, dua hari lalu prototipe pesawat resmi dipamerkan ke publik.
Perilisan tersebut pun menandakan bahwa pesawat supersonik komersial Boom sudah berada di fase berikutnya, dari semula di fase desain, pengembangan, dan proses produksi, menjadi ke proses pengujian. Bila tak ada aral melintang, penerbangan uji coba akan dimulai pada kuartal ketiga 2021 mendatang.
Rencananya, proses pengujian akan mengambil tempat di Mojave Air and Space Port, yang kondang dikenal sebagai Pusat Tes Dirgantara Sipil, berada di Mojave, California, Amerika Serikat, pada ketinggian 853 meter di atas permukaan laut.
“Kami akan menjadi (pesawat) supersonik akhir tahun depan,” kata Blake Scholl, pendiri dan CEO Boom, seperti dikutip dari fr24news.com.
“XB-1 adalah langkah pertama membawa penerbangan supersonik kembali ke dunia. Penerbangan dengan kecepatan dua kali lipat berarti kita dapat melakukan perjalanan dua kali lebih jauh membawa lebih banyak orang, tempat, dan budaya ke dalam kehidupan kita,” tambahnya
Sebelum pandemi virus Corona menyerang, Boom telah mengumpulkan setidaknya USD 6 miliar atau sekitar Rp88 triliun (kurs 14.700) pre-order untuk pesawatnya, yang dibanderol seharga USD 200 juta atau nyari menyentuh Rp3 triliun (kurs 14.700). Pembelinya ada dari Virgin Group hingga Japan Airlines, dan ada yang sudah berinvestasi sebesar USD 10 juta di perusahaan pada 2017.
Bila tak ada aral melintang, pesawat supersonik komersial Overture besutan Boom, yang dirancang untuk menampung antara 55 hingga 75 orang, akan memulai penerbangan penumpang pada tahun 2030. Fokus pesawat supersonik ini berada di lebih dari 500 rute lintas samudera. Berkecepatan Mach-2.2 (sedikit di atas kemampuan pesawat supersonik Concorde dikisaran Mach 2.04 atau di bawah konsep pesawat supersonik Virgin Galactic dikisaran Mach 3), perjalanan dari New York ke London hanya memakan waktu selama tiga jam 15 menit.
Pesawat supersonik Boom ini juga telah dirancang dengan teknologi pengurangan kebisingan terbaru. Kecepatan supersonik hanya akan digunakan saat terbang di atas lautan untuk memastikan bahwa area berpenduduk tidak terpengaruh oleh ledakan sonik.
Baca juga: X-59 QueSST, Pesawat Supersonik Rancangan NASA, Siap Unjuk Gigi Pada 2021
Bagi Anda yang ingin menikmati kenyamanan naik pesawat ini, siap-siap merogoh kocek sebesar 5.000 dollar AS atau sekitar Rp66,1 juta untuk sekali terbang. Biaya perkiraan ini hampir sama dengan harga tiket rata-rata penerbangan kelas bisnis.
Boom bukan satu-satunya perusahaan yang berusaha mengembalikan penerbangan supersonik. Aerion Corporation saat ini sedang mengembangkan pesawat supersonik komersial AS2 di kantor pusatnya di Reno, Nevada. Pesawat ini dapat menampung hingga 12 penumpang.