Dalam visibilitas normal, mudah bagi pilot pesawat melihat runway (landasan pacu) untuk kemudian mendaratkan pesawat. Namun, dalam kondisi cuaca buruk terlebih di malam hari, tak mudah menemukan runway. Alih-alih mendarat di runway, tak jarang pilot justru mendaratkan pesawat di taxiway.
Baca juga: Mengapa Sebagian Besar Runway di Bandara Terbuat dari Aspal Bukan Beton?
Mendarat di taxiway tentu saja berbahaya bagi penerbangan, mengingat taxiway bukan tempat yang didesain khusus untuk pendaratan pesawat.
Setelah seluruh proses pra penerbangan selesai, belasan menit sebelum jadwal keberangkatan pesawat, pramugari/pramugara akan menutup pintu.
Setelahnya ground crew akan melakukan pushback dan pilot pun mulai menghidupkan satu mesin pesawat untuk taxiing melewati taxiway menuju ujung landasan. Jadi, taxiway hanya berfungsi sebagai penghubung antara apron dan runway, bukan sebagai tempat pendaratan pesawat.
Karena tidak didesain sebagai tempat pendaratan pesawat, struktur beton atau aspal di runway jauh berbeda dengan di taxiway.
Sebagai contoh, sebagaimana dikutip dari sith.itb.ac.id, dari proses pendesainan diketahui Bandara Internasional Kertajati, Majalengka memiliki total tebal perkerasan untuk runway mencapai 127 cm (US Army Corps Enginner).
Total tebal runway sendiri berbeda dengan ketebalan taxiway dan apron. Tebal taxiway dan apron bandara tersebut, yakni cross taxiway adalah 70 cm, parallel taxiway adalah 127 cm, dan apron adalah 81,68 cm.
Runway setidaknya dibangun dengan empat pondasi, mulai dari tanah dasar (sub grade), lapisan pondasi bawah (sub base course), lapisan pondasi atas (base course), lapisan permukaan (surface course). Di bagian atas atau permukaan, aspal runway harus berkualitas tinggi, seperti tak bisa ditembus air serta mampu memperbesar daya dukung lapisan terhadap beban roda pendaratan.
Pondasi taxiway mungkin saja sama, tetapi beban serta tekanan yang mampu diterimanya tentu berbeda dengan runway.
Insiden pesawat mendarat di taxiway alih-alih di runway mungkin tidak akan pernah terjadi lagi di Amerika Sserikat (AS) seiring dipasangnya software baru di setidaknya 43 bandara.
Dilansir axios.com, software baru yang telah dipasang tersebut mampu mencegah pesawat mendarat di taxiway dengan cara memperingati petugas ATC. Cara kerjanya, software yang disebut ASDE-X Taxiway Arrival Prediction (ATAP) itu menggunakan radar dan sensor lain untuk secara otomatis memberi tahu jika sebuah pesawat tampak approach landing untuk mendarat di taxiway, bukan di landasan pacu.
Baca juga: Seperti Pesawat, Runway dan Taxiway Bandara Juga Rutin Diinspeksi
Petugas ATC yang dalam posisi selalu siaga, akan memperingatkan pilot. Pilot yang juga dalam kondisi siaga akan merespon warning dari petugas ATC dan membatalkan penerbangan sebelum touchdown.
Sejak alat tersebut dipasang pada tahun 2018 dan disempurnakan belum lama ini, sudah total 50 penerbangan yang berhasil dicegah mendarat di taxiway.