Direktur utama (Dirut) Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, mengatakan bahwa pihaknya masih menunggu terkait pengaruh diskon atau penurunan harga tiket terhadap demand penumpang. Diskon yang berikan tersebut memang baru berlaku sejak 1 Maret 2020 lalu.
“Kita masih memonitor impact dari diskon apakah terjadi lonjakan atau tidak terjadi lonjakan, tapi penumpang yang mau berangkat, disubsidi. Intinya kita masih mau liat lah,” katanya kepada KabarPenumpang.com, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, selain insentif tersebut baru saja dimulai (dan berakhir pada 31 Mei 2020), karakter penumpang di Indonesia juga patut dijadikan tolok ukur untuk melihat sejauh mana pengaruh insentif tersebut. Pasalnya, karakter travelers (penumpang) di Indonesia lebih pada weekend travelers.
“Banyak yang nanya tiap hari, ‘gimana pak perkembangannya?’, saya bilang, tunggu dulu deh karena banyak travelers kita itu weekend travelers. Jumat, Sabtu, Minggu. Kenapa, karena mereka pulang kampung, datangi kawinan, reuni, liburan singkat, macem-macemlah, mayoritas banyak sekali dilakukan di weekend,” jelasnya.
“Jadi kalau Anda lihat kan, ramai sekali Cengkareng itu Jumat sore Sabtu pagi. Ramai lagi Minggu malam, karena orang pada pulang. Nah itu kita liat impactnya begitu,” tambahnya.
Selanjutnya, direktur yang baru menjabat pada 22 Januari 2020 lalu tersebut juga menegaskan, bahwa insentif yang diberikan bukan semata pada lonjakan penumpang. Celakanya, hal tersebut (tolok ukur lonjakan penumpang sebagai tujuan utama dan satu-satunya program pemberian insentif) justru yang terjadi pada banyak orang.
“Tapi yang ingin saya sampaikan yang orang suka salah ngerti, dengan memberikan insentif itu, negara hadir, ga seperti zaman-zaman dulu ada ini itu komentator aja yang banyak. Kali ini negara hadir. Bahwa kehadiran negara itu masyarakat itu tidak mau ambil, ya bukan urusan negara karena negara harus hadir,” tegasnya.
Oleh karenanya, ia pun mengajak semua kalangan, khususnya pihak-pihak yang masih menunggu atau menahan diri untuk bepergian apalagi pihak yang selama ini mengeluh harga tiket mahal, agar memanfaatkan momentum tersebut. Selain program insentifnya terbatas, hal itu (mengajak semua kalangan untuk memanfaatkan insentif tersebut) juga untuk memulihkan kondisi penerbangan dan pariwisata nasional.
“Saya pikir mestinya diapresiasilah. Jadi orang yang ga mau pergi, pergilah. Yang selama ini ribut di media sosial, mahal, mahal, ini dikasih murah ga pergi juga. Sebetulnya Anda mau pergi atau ga pergi sih?,” ujar Dirut yang juga jebolan ITB tersebut, dengan nada sedikit humor.
Baca juga: Imbas Corona Jadi ‘Berkah’ Buat Travelers untuk Nikmati Layanan Widebody Garuda Indonesia
Sebagaimana rilis yang terima redaksi KabarPenumpang.com sebelumnya, maskapai penerbangan nasional, Garuda Indonesia dan anak perusahaannya, Citilink, mulai Minggu (1/3) mengumumkan telah memberlakukan potongan harga pada sejumlah rute yaitu dari dan ke Batam, Denpasar, Yogyakarta, Labuan Bajo, Lombok, Malang, Manado, Toba (Silangit), Tanjung Pandan, dan Tanjung Pinang. Pemberlakuan potongan harga ini merupakan tindak lanjut kebijakan pemberian insentif dari Pemerintah untuk menurunkan tarif penerbangan ke 10 Destinasi Wisata.
Sesuai keputusan Pemerintah, skema pemberian potongan (diskon) harga tiket ke 10 destinasi wisata dilaksanakan selama 3 bulan kedepan dimulai tanggal 1 Maret hingga 31 Mei 2020, dimana Pemerintah menetapkan besaran insentif untuk maskapai adalah dengan potongan harga tiket hingga 50 persen. Hanya saja, diskon tersebut hanya untuk 25 persen dari total jumlah penumpang, bukan untuk seluruhnya, atau sekitar 40 seat untuk program tersebut. Bila ditotal, dalam sebulan, seat yang tersedia untuk program itu sekitar 65.700 seat.
insentif yang diberikan bukan semata pada lonjakan penumpang. Celakanya hal tersebut menjadi tolok ukur lonjakan penumpang sebagai tujuan utama dan satu-satunya program pemberian insentif yang terjadi pada banyak orang
Dalam beberapa bulan ini pemerintah memberikan diskon sebesar 50 persen terhadap 10 destinasi penerbangan, pemberian diskon ini tidak dapat dijadikan tolak ukur untuk lonjakan penumpang, karena menurut dirut garuda indonesia penumpang atau masyarakat indonesia biasanya berpergian pada akhir pekan, jadi lonjakan penumpang diprediksi akan terjadi pada akhir pekan, dalam pemberian diskon tersebut hanya untuk 25 persen kapasitas penerbangan atau sekitar 40 seat penerbangan tersebut, pemberian diskon akan terjadi selama 3 bulan, dalam sebuan kira2 diskon di berikan sekitar 64.700 seat