Wednesday, December 18, 2024
HomeAnalisa Angkutan'Tanpa Izin' dari Prinsipal, Iran Mampu Memproduksi Suku Cadang untuk Pesawat Airbus...

‘Tanpa Izin’ dari Prinsipal, Iran Mampu Memproduksi Suku Cadang untuk Pesawat Airbus dan Boeing

Hujan sanksi dan embargo yang dikenakan kepada Iran, salah satunya juga berdampak pada sektor layanan penerbangan komersial. Namun, faktanya maskapai Iran kebanyakan masih dapat beroperasi, termasuk melayani rute internasional, bahkan dengan pesawat widebody produksi Boeing (Amerika Serikat) dan Airbus (Eropa Barat).

Tentu agar mampu beroperasi secara optimal, maka dukungan komponen dan suku cadang mutlak tersedia. Pasalnya dua elemen tersebut termasuk yang dikenakan embargo kepada Iran, Tapi Iran bukan bangsa yang lemah dan mudah menyerah.

Tanpa Lintasi Ruang Udara Iran, Banyak Maskapai Penerbangan Internasional Bakal Merugi

Meski tidak mendapat restu dari pihak pabrikan (prinsipal), industri dirgantara Iran yang belajar banyak dari kemampuan adaptasi pada sektor pertahanan, ternyata mampu memproduksi suku cadang untuk pesawat Boeing dan Airbus secara mandiri.

Seperti dikutip presstv.ir (17/12/2024), Hossein Pourfarzaneh, Kepala penerbangan sipil Iran mengatakan negara itu telah menguasai teknologi yang dibutuhkan untuk memproduksi suku cadang mesin jet Boeing dan Airbus. Ia mengatakan pada hari Selasa bahwa Iran telah melaksanakan rencana sembilan tahun untuk melokalisasi produksi suku cadang mesin dari kedua model pesawat tersebut.

Pourfarzaneh menambahkan, perusahaan teknik Iran Mapna telah berkontribusi pada program yang disponsori pemerintah untuk memproduksi suku cadang mesin jet. Ia mengklaim program tersebut terutama merupakan hasil dari upaya untuk mengimbangi dampak sanksi asing terhadap sektor penerbangan sipil Iran.

“Berdasarkan (program) ini dan melalui kerja sama dengan Mapna, proses rekayasa balik (reverse engineering) dan lokalisasi (pembuatan) suku cadang mesin pesawat Boeing dan Airbus mulai dioperasikan di dalam negeri,” kata pejabat itu seperti dikutip oleh kantor berita Tasnim.

“Sebagai hasilnya, Iran telah memperoleh teknologi untuk memproduksi suku cadang penting dari industri penerbangan,” tambahnya.

Iran berada di bawah rezim sanksi Amerika yang inklusif pada tahun 2018 setelah Washington secara sepihak menarik diri dari kesepakatan internasional mengenai program nuklir Iran.

Namun, para ahli mengatakan sanksi AS telah gagal mencapai tujuan utamanya untuk memaksa Iran melakukan konsesi politik dan militer. Mereka bersikeras larangan tersebut bahkan telah menciptakan peluang bagi Iran untuk mendiversifikasi ekonominya dan lebih mengandalkan sumber daya domestiknya.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru