Ada banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mengungkapkan rasa sayang terhadap seseorang, mulai dari bergandengan tangan, berpelukan, hingga berciuman. Namun khusus untuk dua poin terakhir, tentu saja tindakan ini tidak bisa kita lakukan dimana saja – mengingat masih ada ‘norma’ kesopanan di Indonesia.
Baca Juga: Operator Taksi Jepang Buka Lowongan Jadi Pengemudi Asing, Tertarik?
Nah, kali ini pemberitaan seputar topik di atas yang datang dari Tajikistan, dimana sejumlah pengemudi taksi yang beroperasi di Ibukotanya, Dushanbe memasang larangan memamerkan tanda-tanda kasih sayang yang diperuntukkan bagi penumpang. Biasanya, Anda akan melihat tanda-tanda dilarang merokok, dilarang makan dan minum di kendaraan, dan mendengarkan musik dalam volume yang keras, namun di Dushanbe, Anda akan melihat satu tanda tambahan,yaitu dilarang mengekspresikan rasa kasih sayang.
Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman bbc.com (8/9), sebuah radio di Tajikistan, Ozodi Tajik mengatakan bahwa larangan semacam ini baru diberlakukan oleh kurang lebih 10 persen taksi di Dushanbe – namun bukan tidak mungkin apabila angka ini akan terus bertambah seiring perkembangan jaman.
Namun hadirnya regulasi semacam ini tidak melulu disambut baik oleh warga Dushanbe, mengingat bagaimana jadinya jika yang bermesraan itu adalah sepasang suami istri yang sudah sah secara agama dan negara? Apakah masih dilarang? Atau apakah pasangan suami istri ini harus terus-terusan membawa buku nikah untuk menunjukkan bahwa mereka adalah pasangan yang sah? Tentu saja tidak, bukan? Ya, regulasi semacam ini dinilai mengekang kebebasan pribadi seseorang.
“Setidaknya semua orang harus tahu dan paham tentang apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan di dalam taksi – semuanya harus saling menghormati, terutama ketika di depan umum,” ujar salah seorang penduduk Dushanbe, Shahlo Fayziyeva.
Sementara pendapat berbeda dituangkan oleh pengemudi taksi yang memasang larangan dilarang mengekspresikan tanda cinta kepada pasangan, dimana ia mengatakan, “Ini bukan Eropa. Perilaku seperti itu tidak cocok untuk orang-orang kita,” ujarnya.
Baca Juga: Bingung Menentukan Tips Untuk Pengemudi Taksi? Simak Artikel Ini!
Menanggapi selisih pendapat yang terjadi di masyarakat, Sodiqjon Zarifi selaku pemilik perusahaan taksi Saboh di Dushanbe mengatakan, “dari 100 pengemudi kami, hanya dua atau tiga yang memasang tanda-tanda ini, dan perusahaan kami tidak memiliki rencana untuk membuat kebijakan khusus.”