Sebelum pintu-pintu pesawat ditutup dan petugas memeriksa sabuk pengaman para pelanggan, dalam setiap penerbangan, khususnya penerbangan jarak jauh, sebagian besar dari kita sudah membuat daftar film yang ingin ditonton atau mungkin sekedar melihat film-film yang tersedia, sambil sesekali menonton sekilas, untuk membuat kita tetap terhibur. Tetapi pernahkah kita bertanya-tanya bagaimana film-film tersebut dipilih?
Baca juga: Duh! Pesan Berbau Pelecehan Seksual Diterima Penumpang Lewat In-Flight Entertainment
Dalam urusan memilih list film yang dihadirkan dalam in-flight entertainment di setiap penerbangan tersebut, masing-masing maskapi mempunyai caranya tersendiri. Beberapa maskapai menyerahkan persoalan list film-film yang akan dihadirkan ke pihak kedua. Adapun yang lainnya menyerahkan ke staf atau awak kabin mereka untuk memilih film mana yang cocok untuk ditawarkan ke pelanggan.
Dengan sistem tersebut, tak jarang, satu dengan yang lainnya saling berdebat sengit untuk mempertahankan argumentasi masing-masing. Semua dilakukan semata-mata untuk menghadirkan film terbaik bukan hanya versi maskapai, melainkan juga versi pelanggan, yang notabene memiliki kecenderungan yang berbeda-beda dalam memilih genre film.
Singapore Airlines sendiri, dalam persoalan tersebut, memiliki lebih dari 70 penggemar film dari berbagai departemen dan negara untuk mewakili maskapai dalam memperbarui wawasan perfilman mereka. Selain itu, melalui Wakil Presiden Inovasi Produk Singapore Airlines, Mr Ng Yung Han, pihaknya bahkan harus mengadakan pertemuan langsung setiap bulanya dengan anggota Komite Tinjauan Film (semacam Komite Penyiaran Indonesia atau KPI) serta berkomunikasi tidak langsung (via email) dengan mitra luar negeri mereka terkait film-film terbaru dan hits di negara masing-masing.
“Suara dan ulasan para anggota komite membantu memberikan wawasan utama tentang apa yang populer atau kontroversial di negara asal mereka dan membuat kami tetap terhubung dengan tren atau rilis lokal yang tengah trending,” kata Mr Ng Yung Han, sebagaimana dikutip KabarPenumpang.com dari kantor berita dailyexaminer.com, Jumat, (7/2).
Popularitas, potensi pemenang penghargaan (seperti piala Oscar), dan relevansi budaya, lanjutnya, adalah faktor kunci serta membuat pihaknya harus bergerak cepat dalam menghadirkan film-film ngehits. Biasanya, untuk ukuran film ngehits di Hollywood, mereka baru bisa menghadirkan di setiap penerbangannya tiga bulan setelah film dirilis.
Tak melulu masalah ngehits, film favorit penumpang sekalipun tidak ngehits juga tetap diperhitungkan ketika mencari film baru. Jika tidak, pelanggan mungkin tak terpikirkan untuk meminta maskapai menghadirkan film kesukaannya, namun, bila itu terjadi, pihaknya tetap harus menuruti sesuai permintaan pelanggan. Akan tetapi, ketika dalam satu penerbangan terlalu banyak orang yang meminta film favoritnya dihadirkan, maskapai mungkin baru bisa menurutinya di penerbangan selanjutnya.
Lain Singapore Airlines, lain pula Emirates. Maskapai pertama yang memasang layar TV di setiap kursi di armadanya sejak tahun 1992 tersebut harus membuat tim kecil khusus, sekitar delapan orang, yang ditugaskan untuk menonton film sebanyak mungkin dalam sebulan. Setelah itu, mereka akan memberikan laporan, baik buruknya film, dalam sebuah sistem database mereka. Dengan sistem itu, Emirates pun dengan bangga menyajikan sekitar 700 film yang dinilai telah lulus uji, baik uji kepantasan maupun uji tingkat keterhiburan versi internal, di setiap penerbangan.
Berbeda dengan Emirates, Cathay Pacific mempunyai penilaian tersendiri dalam memaksimalkan fungsi film sebagai salah satu wahana liburan di dalam penerbangan. Manajer Hiburan, Platform, dan Konektivitas mereka, Simon Cuthbert, mengatakan keseimbangan bahasa dan genre yang tepat adalah kuncinya.
Mengingat box office Cina mayoritas menggunakan judul serta bahasa Cina, Hollywood, Jepang atau Bollywood sejauh ini masih menjadi pilihan teratas, sekalipun Cathay mempunyai korelasi tak langsung dengan Cina Daratan. Cuthbert mengatakan, Cathay Pacific membutuhkan beragam konten untuk membuat semua orang terhibur.
Tim hiburan dalam penerbangan mereka bekerja dengan para ahli dan kritikus film lokal, sementara untuk film regional mereka juga berkonsultasi dengan para pelaku industri film untuk mengetahui seberapa besar tren film itu secara lokal, dengan setidaknya 20 orang terlibat dalam memilih konten, dua kali lipat lebih banyak dari tim kecil khusus Emirates tadi.
Baca juga: Kamera In-Flight Entertainment, Berbahayakah atau Malah Menguntungkan?
Cuthbert mengatakan mereka biasanya membeli antara 70 dan 200 film dalam satu bulan, dengan pertimbangan tadi, genre dan kemudahan bahasa.
“Kami selalu terkejut melihat seberapa baik komedi rom dan komedi di papan, misalnya. Orang-orang akan selalu mencari film-film semacam ini ketika terbang – saya pikir kita semua menikmati tawa dan kisah cinta,” jelasnya.