Tensi politik di Timur Tengah kian tinggi dalam beberapa hari ini, khususnya yang terkait masalah antara Amerika Serikat dan Iran. Setelah penggerakan kekuatan militer besar-besaran Negeri Paman Sam di wilayah Persia, ditambah dengan insiden ditembak jatuhnya drone intai Global Hawk AS oleh Iran, maka atmosfir di wilayah yang menjadi jalur penerbangan lalu lintas internasional tersebut kian tidak kondusif, dimana suatu waktu penerbangan sipil bisa menjadi yang terdampak buruk dari aktivitas militer di sana.
Baca juga: Dianggap Lumrah, Burung Elang Masuk di Kabin Pesawat Maskapai Timur Tengah
Menanggapi perkembangan yang terjadi di kawasan Persia, khususnya di Selat Hormuz, pihak Humas Garuda Indonesia dalam catatan tertulis (25/6), telah memastikan bahwa jalur udara untuk rute penerbangan yang dilayani di kawasan Eropa dan Timur Tengah tidak melewati kawasan udara Selat Hormuz, Iran, menyusul adanya larangan terbang yang dikeluarkan Otoritas Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) pasca ketegangan yang tengah terjadi di kawasan udara di Selat Hormuz, Iran.
Vice President Corporate Secretary Garuda Indonesia M. Ikhsan Rosan mengatakan, “Dapat kami pastikan jalur udara untuk rute penerbangan Eropa dan Timur Tengah yang dilayani Garuda Indonesia tidak melewati kawasan udara tersebut. Dengan demikian seluruh layanan operasional Garuda Indonesia pada rute Eropa dan Timur Tengah tetap berlangsung normal seperti biasa”. “Namun kami akan terus memantau secara internsif perkembangan lebih lanjut kondisi tersebut serta berkoordinasi bersama seluruh pemangku kepentingan terkait dalam memastikan aspek safety & security layanan operasional Garuda Indonesia tetap terjaga”, tutup Ikhsan.
Baca juga: Alami Masalah pada “Ventilasi,” Airbus A340 Air France Terpaksa Mendarat Darurat di Iran
Posisi Iran terbilang strategis dalam penerbangan jarak jauh dari Asia menuju Eropa dan Timur Tengah, tidak sedikit maskapai dari selatan dan sebaliknya yang melintasi ruang udara Iran. Pada awal Mei lalu, Airbus A340 milik Air France dengan nomer penerbangan 218 dari Bandara Charles de Gaulle Paris menuju Mumbai, dilaporkan harus melakukan pendaratan darurat (emergency landing) di Bandara Internasional Shahid Beheshti di Isfahan, Iran. Kasus di atas membuktikan posisi Iran yang strategis dalam lalu lintas udara maskapai global.