Berbagai negara sudah menerapkan lockdown untuk meminimalisir penyebaran virus corona (Covid-19). Lockdown yang dilakukan bukan hanya agar warga negara tersebut tidak bepergian keluar rumah untuk berkumpul, juga untuk menghindari pendatang yang bisa saja membawa virus untuk disebarkan.
Baca juga: Imbas Lockdown, Singapura Sediakan Kamar Hotel untuk Pengemudi dan Teknisi Bus Asal Malaysia
Namun, Singapura justru tidak mengambil langkah tersebut padahal lebih dari 300 orang terinfeksi dan dua diantaranya meninggal dunia. Dirangkum KabarPenumpang.com dari bloomberg.com (20/3/2020), Singapura justru menerapkan sosial distancing dan tidak melockdown negaranya.
Melalui akun Facebook-nya, Presiden Halimah Yacob menyatakan, meski kasus baru di Cina sudah dapat dikendalikan, namun di Eropa dan Amerika Serikat, wabah masih berada di puncaknya. Apalagi bila Singapura melakukan lockdown, dampak sosial dan ekonomi akan semakin besar.
Di mana ekonomi Negeri Singa ini terpukul dan menghadapi ancaman resesi karena sektor perdagangan dan pariwisata tak beroperasi normal. Dia melarang adanya acara dan pertemuan yang dihadiri 250 orang atau lebih.
Sebab sebanyak 40 kasus baru dilaporkan pukul 12 malam pada Jumat (20/3/2020) dengan total menjadi 385 yang terinfeksi. Kementerian kesehatan Singapura mengatakan, langkah untuk melarang pertemuan besar adalah perluasan dari persyaratan sebelumnya untuk acara olah raga, budaya dan hiburan dengan tiket terbatas menjadi kurang dari 250 orang.
Kementerian juga mendesak para pengusaha untuk memudahkan staf untuk bekerja dari rumah, dan mengatakan akan memperpanjang penangguhan beberapa kegiatan untuk para manula hingga 14 hari lagi hingga 7 April.
“Kami tidak melihat bukti penyebaran masyarakat luas di Singapura namun pada tahap ini karena sebagian besar peningkatan berasal dari kasus impor. Tetapi kami ingin menjadi proaktif dalam menerapkan langkah-langkah penyelamatan yang sangat ketat sejak dini,” Menteri Pembangunan Nasional Lawrence Wong.
Operator yang tidak mematuhi persyaratan untuk menunda pertemuan besar dapat dituntut di bawah Undang-Undang Penyakit Menular dan siapa pun yang dihukum karena pelanggaran pertama dapat didenda sebanyak S$10 ribu ($ 6.900) dan dipenjara selama enam bulan. Pemerintah Singapura juga meluncurkan aplikasi mobile baru pada hari Jumat untuk mempercepat pelacakan kontak dengan mendeteksi dan merekam ponsel di dekatnya yang juga memiliki aplikasi diinstal, daripada mengandalkan ingatan individu, yang bisa keliru.
Baca juga: Tersebar Foto Kabin ‘Kosong’ Singapore Airlines dari Korea Selatan ke Singapura
Aplikasi ini memperkirakan jarak antara pengguna dan durasi kontak mereka dalam 2 meter dan dalam jangka waktu 30 menit dan informasi ini akan direkam dan disimpan secara lokal di ponsel masing-masing pengguna.